Sabtu, 31 Desember 2016

Al-Quran adalah TUTORial

Seorang laki-laki yang baik Akhlaknya menjelaskan sesuatu atas pertanyaan sahabatnya...
A : "Kenapa tidak semua orang yang beragama itu bisa merasa Bahagia?"
B : "Barangkali dia belum mengikuti Buku Petunjuknya dengan baik"
A : "Maksudnya?"
B : "Begini. Semisal, kita memiliki mobil Ferrari, tentu kita akan sangat bangga karena itu adalah mobil mewah dan kalangan tertentu saja yang bisa membelinya. Tapi, bagaimana kita bisa bahagia memilikinya kalau cara membuka pintunya saja kita tidak tahu? Boro-boro mau menikmati perjalanan di dalam mobil tersebut, membuka kunci mobilnya saja tidak tahu. Kemudian, setelah berhasil membuka pintunya, kita tidak tahu cara menyalakan mesinnya. Bukannya bahagia, kita malah akan geram dibuatnya. Apa penyebabnya? Ya karena kita tidak membaca buku petunjuknya. Nah, caranya supaya kita faham bagaimana? Ya baca buku petunjuknya! Apa itu? Ya Al-Quran! Al-Quran itu adalah TUTORialnya sedangkan prakteknya itu ya mencontoh rosulullah lewat hadistnya (Sunnah). Demikianlah sederhananya!"
A : (manggut-manggut).

Jumat, 30 Desember 2016

Wanita yang hobinya mencopot karakter orang lain

Ia adalah seroang wanita yang unik. Setiap kali berkenalan dengan orang baru, ia mengaku selalu menilai 1 hal baik dari orang tersebut untuk kemudian diadopsinya menjadi sifatnya. Aku berfikir, ini orang kok kurang kerjaan banget sih? Apa nggak susah ya? Bukankah membentuk karakter itu butuh waktu lama? Tapi ia menjawab singkat sekali; "Aku percaya rumus; Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Dan menjadi orang BAIK itu mungkin untuk diupayakan semua orang kok!"

Kamis, 29 Desember 2016

3 tahapan ilmu

Kita sering kali merasa lebih pintar dibanding orang tua kita yang pendidikannya di bawah kita. Tapi tahukah kita, bahwa sebenarnya ketika kita sombong, justru ilmu kita masih berada pada tahap yang paling bawah. Kata Umar bin Khatab, ilmu itu memiliki 3 tahapan...

1. Jika seseorang memasuki tahap pertama, dia akan SOMBONG
2. Jika seseorang memasuki tahap kedua, dia akan TAWADHU (rendah hati)
3. Jika seseorang memasuki tahap ketiga, dia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya

Rabu, 28 Desember 2016

Apa defenisi Cinta?

Sepasang pengantin baru yang baru 10 hari menikah mencoba menemukan defenisi CINTA dengan cara berjauhan tanpa jumpa selama seminggu. Keduanya hanya boleh saling berkirim kabar via Whatsapp. Ternyata, keduanya sama-sama menyimpan gemuruh rindu yang sangat besar. Bagaimana tidak? Mereka baru saja menikah dan memutuskan berjauhan seperti ini. Padahal rindu karena penantian yang baru saja usai belum puas diekspresikan.

Suami : "Aku sudah menemukan defenisi Cinta. Cinta adalah DORONGAN untuk selalu DEKAT dengan yang dicintainya. Bukan hanya sebatas antar manusia kepada sesamanya, tetapi juga manusia kepada Tuhannya. Seorang hamba, rela bangun dipertiga malam untuk bersujud menghadap Tuhannya. Untuk apa? Semata-mata untuk dekat dengan yang disembahnya."

Istri : "Aku juga sudah menemukan defenisi Cinta. Menurutku, cinta adalah KEKUATAN. Jujur saja, nyaris saja kemarin aku angkat tangan dan membatalkan games ini karena tertawan rindu padamu. Tapi kemudian, ku coba untuk sedikit lagi bersabar. Bahwasanya rindu ini harus ku tahan sementara demi menemukan defenisi cinta yang sebenarnya dan supaya aku bertemu denganmu dengan membawa rindu yang tumpah ruah. Hingga sampailah aku pada defenisi ini. Bagaimana?

Selasa, 27 Desember 2016

Kadang kita butuh salah jalan

Ketika harus menempuh jalan yang baru dilewati pertama kali, kita sering dihadapkan pada pilihan jalan; ke kiri, ke kanan, kadang juga persimpangan. Di antara kita barangkali ada yang pernah bertanya kepada seseorang dipinggir jalan, tapi ternyata jalan yang ditunjukkannya bukanlah jalan yang tepat. Kita malah nyasar dan terpaksa harus mengulang arah ke jalan semula. Tapi apakah hikmahnya? Ya, demikianlah kehidupan. Kadang, kita butuh salah jalan supaya kita lebih waspada dan tertantang untuk menemukan jalan yang benar.

Senin, 26 Desember 2016

Melawan sesuatu untuk memperoleh sesuatu

Tidak semua yang kita inginkan, mampu kita raih dengan mudah. Sebab, kesulitan akan menempa setiap orang untuk pantas memperoleh apa yang ingin diraihnya. Kadang kala, kita harus meninggakan sesuatu untuk memperoleh sesuatu, kadang juga kita harus melawan sesuatu untuk memperoleh sesuatu. Sebab kita tidak sedang hidup di negeri dongeng, kan?

Minggu, 25 Desember 2016

Terimakasih telah menjaga diri

Sepasang suami istri baru saja saling tahu bahwa masing-masing mereka ternyata tidak pernah pacaran. Betapa bahagianya ketika mereka saling tahu bahwa ia adalah sosok yang pertama kalinya dijadikan tempat luahan cinta. Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata jauh hari sebelum mereka bertemu, ternyata mereka sama-sama sering mendatangi masjid yang sama untuk mendengarkan kajian islam. Masya Allah!
"Terimakasih Neng telah menutup aurat ketika ke luar rumah dan menunjukkan semua kecantikan yang Neng punya untuk Akang. Terimakasih telah menjaga diri, Neng."
"Terimakasih juga telah menjaga diri, Kang sehingga Neng menjadi satu-satunya wanita yang menerima ungkapan cinta dari Akang."

Sabtu, 24 Desember 2016

Jika becermin, lihatlah sosok diri kita sendiri

Ustad Alm. Uje dalam video lawasnya pernah menyampaikan nasehat bahwa jika kita ingin mengukur diri, maka becerminlah kepada diri kita sendiri. Jangan bandingkan dengan orang lain. Sebab, jika kita becermin, kita tidak mungkin melihat sosok orang lain di dalam cermin tersebut. Kalau kita sampai melihat orang lain, itu bukan becermin, tapi ngintip! Demikian katanya dengan renyah.

Jumat, 23 Desember 2016

Mukhlisihinnalahuddin

Usai sholat subuh, aku diajak suami untuk merenungkan satu ayat; Al-An'am; 159, tentang orang-orang yang mencerai-beraikan agama menjadi golongan-golongan. Suamiku adalah orang yang ketika ditanya; "Kamu aliran islam apa?" Ia akan menjawab; "Saya adalah pengikut Sunnahnya Rosulullah SAW," tanpa menyebutkan nama satu golongan tertentu. Ia sangat tidak suka dengan orang yang mengagungkan golongannya, apalagi kalau sampai menganggap golongan lain salah. Padahal, landasan perasaan yang harus ada di dalam hati kita masing-masing adalah; Mukhlisinna lahuddiin (Memurnikan semurni-murninya ibadah hanya kepadaNya).
-   Ketika seorang petani bersungguh-sungguh menggarap sawahnya, berarti ia telah Mukhlisinna lahuddiin
-   Ketika seorang istri bersungguh-sungguh mencintai suaminya, berarti ia telah Mukhlisinna lahuddiin
-   Ketika seorang guru bersungguh-sungguh mendidik muridnya, berarti ia telah Mukhlisinna lahuddiin
Sebab Ikhlas = Totalitas.
Dan Ikhlas = Laa illaha illallahu

Kamis, 22 Desember 2016

Kembali ku bertanya, 'sudah ikhlaskah aku?'

Hari ini, aku kembali ingin menyucikan jiwa (Tazkiyatuunafs). Kembali ingin ku bertanya kepada diri ini, "Sudah ikhlaskah aku?" dalam mendirikan sholat 5 waktu, dalam membaca Al-Quran, dalam membaca doa pagi dan petang, atau hanya karena sudah terlanjur menjadi rutinitas saja? Aku hanya takut jika 1 hari berlalu sementara aku tidak mendapatkan ridhoNya. Rugi sekali rasanya..

Rabu, 21 Desember 2016

Hanya Dia yang boleh berdiri sendiri

Tadi malam aku curhat kepada seorang teman atas kebingunganku menentukan sikap. Kadang, apa yang berlaku di lingkungan sekitar, tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ku anut selama ini. Dan egoisnya aku, ketika itu tidak sesuai denganku, maka aku tidak akan bisa merasa nyaman dengan keadaan tersebut. Tapi kemudian temanku itu menasehatiku, bahwa jika nilai yang ku anut itu memang sesuai dengan tuntunan sang maha guru (nabi Muhammad saw), maka tidak masalah. Tapi jika itu hanya nilai yang dianut sendiri, maka sudah seharusnya aku mencari landasan.
"Kita tidak bisa dan tidak boleh berdiri sendiri, El. Harus punya landasan atau sandaran berfikir, berperasaan dan bertindak. Hanya Dia yang boleh berdiri sendiri, kita tidak!"

Selasa, 20 Desember 2016

Tidak ada yang benar-benar memahami kita

Ketika sangat dekar/akrab dengan seseorang, biasanya kita akan merasa bahwa dia adalah sosok yang snagat memahami diri kita. Tapi kemudian ketika sekali saja kita merasa terabaikan, maka biasanya kita akan merevisi penilaian kita tadi; Ternyata, di dunia ini tidak ada yang benar-benar memahami kita. Yap! Itu betul sekali! Sekalipun itu adalah saudara kembar kita sendiri, orang tua kita sendiri atau bahkan suami kita sendiri. Rumus; Mencintailah sekedarnya saja, membencilah sekedarnya saja, agaknya memang cocok sekali untuk kita gunakan sepanjang masa. Sebab, bahkan diri kita pun kadang masih gagal faham terhadap diri sendiri, bukan?

Senin, 19 Desember 2016

Bersanding lagi di syurga

Seorang istri tak bosan-bosannya mengingatkan suaminya untuk teguh mendirikan sholat sunnah rawatib. Katanya...
"Mas, aku pernah baca, katanya sholat sunnah rawatib itu pahalanya seperti membangun istana di syurga."
Suaminya masih diam saja.
"Mas, aku ingin kedudukan kita sama di syurga nanti. Sebab aku ingin bersanding lagi di syurga denganmu, Mas. Yuk sama-sama kita bangun istana kita!"

Jumat, 16 Desember 2016

Kenapa kita harus membeda dalam 1 agama?

Seseorang sangat geram setiap kali mendengar golongan tertentu mengintimidasi golongan lain, misalnya dengnn merasa bahwa golongannya yang paling benar, mengkafirkan golongan lain ataupun berkeras hati. Ia sangat geram dengan sikap antipati seperti itu. Karena menurutnya, kita tidak berhak merasa paling benar atau menganggap orang lain salah. Itu hanya hakNya! Ia justru lebih memilih gaya hidup yang fleksibel dan mampu membaur dengan siapa saja dengan tetap mengikuti Al-Quran dan Sunnah. Sesederhana itu.

Kamis, 15 Desember 2016

Seimbangkan dunia Nyata dan Maya

Aku adalah seseorang yang sangat suka berselancar di dunia maya. Kegemaranku yang terutama adalah blogging. Rasanya bahagia sekali ketika banyak orang yang mengapresiasi tulisanku. Aku bisa berjam-jam duduk di depan laptop sampai lupa dunia sekitar. Hingga ketika temanku mengingatkanku...
"El, seimbangkan ya antara dunia nyata dengan dunia maya. Orang-orang di dunia nyata pun butuh kamu sapa loh!"

Selasa, 13 Desember 2016

Yang tak Membaca, ternyata ia Menyimak

Aku mengajak temanku untuk ikut mengaji bersamaku selepas sholat Maghrib. Ia menggeleng-gelengkan kepala sambil memegangi perutnya. Apakah ia lapar? Tapi kalau lapar, nyatanya ia tidak beranjak dari sebelahku. Ia malah memijiti kakiku. Dan setelah sholat Isya, ia bercerita tentang bagiamana membangkangnya Israil padahal dulunya ia adalah golongan yang sangat hebat.
"Tadi kamu pas ngaji ada baca ayat tentang bani israil kan? Nah, disitu sudah dijelaskan dengan lengkap tentang keadaan mereka," katanya.
Aku hanya terdiam. Malah nyaris lupa dengan apa yang ku baca tadi. Masya Allah! Ternyata, dia 

Senin, 12 Desember 2016

Pacaran setelah menikah

Seorang suami berkata kepada wanita yang baru dinikahinya...
"Kita kok serasa kayak orang pacaran ya?"
"Iya ya Kang. Persis banget!"
"Berarti orang yang pacaran itu rugi donk! Sebab, seharusnya mereka merasakan fase ini setelah menikah, bukannya sebelum menikah. ya kan?" kata sang suami.
"Iya ya Kang. Bener banget tuh!"

Rabu, 07 Desember 2016

Orang panggung VS orang di balik layar

Ada yang tidak mungkin sempurna dari Orang Panggung, yaitu peran penting orang di balik layar. Dan ada juga yang belum selesai dari orang di balik layar, jika tanpa orang Panggung. Demikianlah 2 pihak saling melengkapi. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk.  Yang ada hanyalah bagaimana saling melengkapi peran, sebab kita ini saling terhubung dan membutuhkan.

Senin, 05 Desember 2016

Ku titipkan putriku kepadamu

Seorang Ayah yang sangat gagah dan tak pernah sekalipun terlihat mellow dihadapan anak-anaknya ternyata bisa juga menangis di hari bahagia itu. Di hari pernikahan putri sulungnya. Belum sempat putrinya itu mengucapkan sepatah katapun ketika sungkeman, ia telah lebih dulu menumpahkan air matanya. Sampai ketika si sulung meminta maaf, memohon restu kepadanya, ia tetap saja diam dalam bersama air matanya. Tapi kemudian ketika menantunya menyalaminya, barulah ia berkata...
"Dia memiliki watak yang keras. Kalau dinasehati dengan kasar, ia bertambah kerasa. Bapak minta, bimbinglah ia ke syurga dengan kasih-sayang dan kelembutan ya.."

Jumat, 02 Desember 2016

Suasana hati dengan hasil panen padi

Dipercaya atau tidak, temanku yang tinggal di daerah persawahan bercerita bahwa...
"El, dipercaya atau tidak, hasil panen padi ini tergantung hati orang yang menanamnya loh. Dulu, hasil panen kedua orangtuaku jarang sekali berhasil. Mungkin karena mereka sering ribut dulunya. Tapi Alhamdulillah sekarang padi yang mereka tanam subur dan maksimal. Sebab, hidup mereka telah damai. Ya demikianlah, boleh percaya boleh tidak."

Kamis, 01 Desember 2016

Banyak yang luput dari kunci syurga yang satu ini

Seorang laki-laki bersahaya bercerita kepadaku bahwa ia berniat keluar dari pekerjaannya saat ini demi mengasuh kedua orang tuanya yang mulai renta. Padahal, tempatnya bekerja saat ini sudah cukup bergengsi, apalagi ia baru saja mendapatkan pujian dari manajernya. Namun apa katanya?
"Aku rasa, banyak orang yang melewatkan kunci syurga yang paling dekat dengannya. Apa itu? Kedua orang tuanya. Banyak dari kita yang sibuk berkelana, menyebarkan nasehat kian kemari, tapi tanpa ia sadar, ia sedang berjalan menjauhi kunci syurga terdekatnya. Nah, aku ingin menggenggam kunci syurga yang satu itu. Sederhana saja.."