Minggu, 31 Januari 2016

"Bantu aku menyempurnakan Persiapan"

Hari ini aku berguru lagi pada seseorang. Tentang doanya yang tak lazim ku dengar, namun sangat inspiratif. Aku bertekad untuk menerapkannya juga pada doa-doaku setelah ini...

Dia : "El, pernah nggak kamu merasa udah mempersiapakan A sampai Z untuk ujian, tapi soal yang ke luar malah cuma tentang A, B, C?"
Aku : "Pernah! Wahhhh... itu rasanya kesel banget loh! haha."
Dia : "Tapi, aku jarang loh mengalami itu. Rata-rata yang ku persiapkan itu adalah yang diujikan."
Aku : "Serius? Waahhh...hebaaat... Kok bisa se-jitu itu?"
Dia : "Karena aku selalu berdoa seperti ini; 'Ya Allah.... mohon bantulah aku MENYEMPURNAKAN PERSIAPAN. Tunjukkan padaku apa yang esok akan diujikan dan arahkan aku maksimal mempersiapkannya hari ini.' Gituuuuuu. Jadi, kita memohon sama Allah supaya persiapan kita nggak MUBAZIR sementara yang penting-penting malah luput."
Aku : Terdiam sejuta kata. Merenungi doa yang baru ku dengar barusan.

Kita sering lupa melobi Dia yang Maha Tahu. Padahal, hanya dengan bertanya kepadanyalah kita akan semakin mendekati kebenaran. Kita lupa, bahwa kita punya Dia yang Maha Tahu. Padahal kita bisa meminta 'kisi-kisi soal' padaNya.

Sabtu, 30 Januari 2016

Keajaiban harimu, asalnya dari Doamu

Mataku berkaca-kaca, hatiku berdecak kagum, hatiku terharu ketika menyimak curhat seorang
sahabat tentang keyakinannya pada keajaiban doa...

"El, hidupku benar-benar ajaib! Ketika aku lancar mengikuti tes, ujian atau memenangkan kompetisi, itu bukan semata-mata karena aku HEBAT. Kau mau tahu dari mana asalnya semua itu? Dari DOA, El. Kemarin, sebelum ujian skripsi, aku pernah merapikan ruangan ujian sendirian karena teman-teman nggak ada yang nongol satu pun. Saat itu aku berdoa; 'Ya Allah.... aku ikhlas membersihkan ruangan ini sendirian. Atas kemurahan hatiku ini, mohon mudahkanlah proses ujianku esok ya Allah. Aku nggak tahu apa hubungannya keikhlasan beresin ruangan ini dengan kelancaran ujian besok, tapi aku yakin Engkau pasti tahu di mana letak hubungannya karena Engkaulah dzat yang Maha Menyatukan.' Terus, sewaktu aku ngasih makan kucing di kosan, aku pun berdoa; 'Ya Allah, atas kemurahan hatiku ini, tolong lancarkan ujianku esok ya Allah meskipun aku nggak tahu apa hubungannya.' Doa-doa sejenis itulah yang selalu ku ulang-ulang menjelang hari H, El. Aku yakin keajaiban hari-hariku asalnya dari sana," jelasnya.

Jumat, 29 Januari 2016

Kapan seseorang mulai menjadi jahat?

Seseorang pernah menasehatiku begini...
Dia : "El, mengalahlah untuk meminta maaf terlebih dulu padanya. Nggak ada ruginya kan minta maaf duluan?"
Aku : "Nggak ah! Bukan aku yang bersalah kok! Ngapain aku harus minta maaf sama dia?"
Dia : (Terdiam sejenak. Sedang mencari cara untuk menjawab) "El tahu nggak kapan seseorang mulai menjadi jahat?"
Aku : "Seseorang dikatakan jahat kalau dia menyakiti orang lain. Dan si anu itu udah menyakitiku, maka dia yang harusnya minta maaf sama aku!" (dengan nada angkuh)
Dia : "Bukan El! Seseorang mulai menjadi JAHAT ketika dia mulai merasa dirinya BAIK."
Aku : Terbungkam sejuta bahasa.

Kamis, 28 Januari 2016

Setia pada satu wanita

Aku memang tidak ingin dipoligami! Tidak ingin. Kecuali jika aku telah tiada dan suamiku nanti
ingin menikah lagi, terserahlah! Meskipun aku belum menikah, tapi aku sudah sering merancang kehidupan pernikahanku nanti akan seperti apa. Dan... hari ini, aku ingin sekali bertanya kepada seorang ibunda yang kabarnya nyaris dimadu oleh suaminya.

Aku : "Bu... apa yang membuat Bapak akhirnya batal poligami?"
Beliau : (Ia tertawa kecil, mungkin ada sesuatu yang diingatnya) "Sejak sebelum menikah dulu, Ibu memang sudah mengajukan syarat kepada Bapak bahwa Ibu tidak ingin dimadu dengan alasan apa pun. Kecuali kalau ternyata Ibu ditakdirkan 'berpulang' lebih dulu darinya dan ia memutuskan menikah lagi."
Aku : (Wah! Berarti prinspipnya sama sepertiku) "Lalu? Kenapa Bapak sekarang mau poligami Bu?"
Beliau : "Yahhh... itulah Naaakkk... yang Ibu tidak habis fikir. Padahal usia pernikahan kami sudah kepala 3."
Aku : "Lalu, kalimat macam apa yang Ibu katakan padanya sehingga niatnya berubah, Bu?" (aku semakin tak sabar)
Beliau : "Ibu hanya berkata; 'Setia pada 1 wanita tidak membuatmu jauh dari Syurga, Pak!'. Hanya itu Nak. Ibu pun tidak menyangka kalau kalimat itu demikian manjur. hehhee." (Ia tertawa lagi, tapi kali ini jauh lebih renyah dan bahagia).

Rabu, 27 Januari 2016

Allah ingin kita Belajar

Ketika aku mengeluhkan keadaan, seseorang pernah menasehatiku seperti ini...
"El, jangan mengeluh! Allah selalu punya maksud baik di setiap cobaan."
Lalu ku jawab... "Di mana letak maksud baikNya kalau aku jadi sulit seperti ini?"
Dia pun menjelaskan bahwa tujuan Allah menimpakan suatu cobaan pada hambaNya tidak lain dan tidak bukan hanya agar kita BELAJAR. Bukan Allah tidak mampu merubah keadaan dengan Kun Faya Kun-Nya, tapi Allah ingin kita belajar dari semua kejadian. Kalau tidak dengan cara seperti ini, bagaimana mungkin kita belajar?

Selasa, 26 Januari 2016

Mengejar yang besar, yang kecil pun akan terbawa

Dia : "Loh? Nggak jadi bimbingan SKRIPSI sama dosen El?"
Aku : "Nggak hari ini deh! Mendadak nggak mood. Lagi malas gerak nih!"
Dia : "Emang El sedang ngerjain apa sih?"
Aku : "Ohhh... ini, aku sedang nulis puisi untuk ulang tahun temanku. hehe."
Dia : "Itu kan bisa nanti aja ngerjainnya, El. SKRIPSImu jauh lebih penting daripada ucapan itu. Gini loh El konsepnya; Kalau kita mengejar hal besar, maka yang kecil pun akan terselesaikan. Tapi, kalau kita hanya memikirkan hal kecil, maka hal besar itu tidak akan tersentuh sama sekali."

Senin, 25 Januari 2016

Perbaikilah hal 'terkecil'mu

Seharusnya aku bisa tepat waktu ke kampus dan tepat waktu bertemu dosenku. Tapi, nasi sudah down sekarang. Disebelahku, dia berkata lembut...
menjadi bubur. Aku gagal mendaftar untuk Sidang SKRIPSI bulan ini karena aku terlambat 5 menit menyelesaikan semuanya. Aku jadi benar-benar
"El... kita harus menyelesaikan hal-hal terkecil dalam diri kita. Kalau kita mampu memperbaiki yang kecil, maka yang besar pun akan pantas bagi kita."

Minggu, 24 Januari 2016

Tegalah berkata 'Tidak'

Aku menyesal. Andai saja aku cukup berani menolak ajakan teman-temanku, pasti tugas kuliahku ini
sudah selesai. Tapi apa yang terjadi? Sesampainya di rumah, aku sudah kelelahan dan tugasku terbengkalai. Dan... seorang sahabat yang mengetahui keadaanku ini berkata...
"El... lain kali kamu harus belajar tega berkata 'Tidak'. Apalagi kalau itu membuatmu lalai dari prioritas hidupmu. Ingat El, tidak tega berkata tidak, tidak membuatmu jadi lebih baik."

Sabtu, 23 Januari 2016

Allah milik semua orang

Aku berbisik kepada seseorang di sebelahku...
Aku : "Eh, si anu itu ternyata seromantis itu ya doanya? Dengar cerita tentang perjuangannya barusan, aku jadi nyadar kalau aku belum seromantis itu dalam 'merayu' Allah. Padahal... kayaknya dia nggak terlalu taat kan?"
Dia : "Kedekatan seorang hamba dengan Allah adalah misteri. Hanya orang tersebut dan Allah saja yang tahu, El. Ingat... Allah itu milik semua orang, sekalipun dia bukan orang Islam. Allah untuk semua orang, karena semua orang adalah ciptaanNya dan Dia akan mengurusnya. Allah bukan hanya milik mereka yang taat saja Eell."
Aku : Tertunduk.

Jumat, 22 Januari 2016

Jangan terlalu percaya dengan 'biasanya'

Aku baru mengunci pintu kamar dan ketika berniat meletakkannya di sela rak sepatu, tiba-tiba hatiku
berbisik... "Bawa ajalah kuncinya! Nanti ada maling takutnya." Tapi, logikaku menjawab... "Ah... biasanya ditaruk di rak sepatu aman kok! Kali ini pasti aman juga lah." Dan... diskusi antara hati dan logika itu berakhir dengan kesimpulanku sendiri; "Jangan terlalu percaya dengan 'biasanya'. Karena siapa tahu itu adalah 'biasanya' yang terakhir. Sebab kita tidak tahu kapan nasib buruk itu menimpa kita dan ntah lewat kecerobohan kita yang mana."

Akhirnya, ku putuskan untuk menyimpan kunci kamar itu di dalam tasku, bersamaku.

Kamis, 21 Januari 2016

Kenapa begitu gigih menulis?

Aku pernah bertanya kepada seseorang yang sebagian besar hari-harinya ia habiskan untuk menulis. Menulis apa saja; Puisi, Cerpen, Artikel dan yang terpenting adalah Diary. Ia sangat percaya bahwa Diary itu adalah kesempatan keduanya untuk 'HIDUP'. Suatu saat, ku beranikan diri untuk bertanya padanya...

Aku : "Kenapa sih kamu begitu gigih menulis?"
Dia : "Karena aku ingin hidup 2 kali."
Aku : "Akan lebih baik lagi kalau kamu ke luar dari ruangan ini, bertemu orang supaya kamu bisa menasehatkan kebaikan kepada mereka. Daripada kamu diam, mengurung diri di kamar seperti ini. Jangan habiskan hidupmu hanya untuk dirimu sendiri lah."
Dia : "Darimana kamu tahu kalau aku terkurung? Justru menulis membuatku bebas se bebas-bebasnya. Aku merasa punya 2 sayap. Aku bisa terbang se tinggi-tingginya. Dari mana kamu tahu bahwa hidupku hanya untuk diri sendiri? Justru menulis adalah caraku berbagi dan investasi kebaikan abadi. Justru menulis ini adalah caraku menyebarkan kebaikan dengan rapi dan ber-seni. Aku hanya perlu menulis 1x dan semua orang bisa mengambil dan membagikan manfaatnya berkali-kali. Tanpa batas. Semua ini ku lakukan karena aku sadar, bahwa waktuku tak kan cukup untuk menyampaikan semua kebaikan kepada semua orang. Tapi, tulisan selalu bisa!"
Aku : Mendengar penjelasannya, sadarlah aku bahwa rupanya akulah yang belum melakukan apa-apa.

Rabu, 20 Januari 2016

Siapa tahu kamu jodohku

Aku geram sekali! Benar-benar kesal dibuatnya. Apa susahnya sih membalas pesanku? Sudah 2x24 jam aku menunggu balasan darinya, tapi nyatanya tetap NIHIL. Kalau tidak ingin ditanyai kenapa kemarin mulai membuka tanya? kutukku di dalam hati.

Hari ini ku beranikan diri untuk mengiriminya pesan setelah berhari-hari ku coba berpura-pura biasa saja. Dan... inilah balasannya....

Aku sengaja menutup diri darimu. Aku sengaja berusaha menjaga jarak darimu. Kamu benar-benar ingin tahu alasannya? Karena aku berfikir, SIAPA TAHU KAMU JODOHKU. Jika benar, maka aku ingin memilikimu dalam keadaan 'utuh' dan kalaupun tidak,jodohmu kelaklah yang akan memiliku secara 'utuh'. Jangan salah faham dulu, aku memang memperlakukan semua wanita seperti ini; menjaga jarak demi memelihara keutuhannya. Karena, siapa tahu kamu atau salah satu dari mereka adalah JODOHKU. Siapa tahu?

Aku benar-benar tercengang dibuatnya. Fikirannya benar-benar tak pernah terfikirkan olehku selama ini dan tak pernah terbaca di novel mana pun yang telah banyak ku baca.

Selasa, 19 Januari 2016

Orang rajin itu nggak ada ruginya

Ibunda tercinta selalu berkata seperti ini setiap kali kami bermalas-malasan...
"Kita nggak tahu bagaimana nasih kita besok. Belum tentu hidup ini akan terus menerus mudah. Kalau sejak sekarang kalian sudah belajar jadi anak yang rajin, insya Allah ke mana pun pergi, hidup kalian akan lebih baik. Orang yang rajin itu nggak akan rugi pokoknya!"
Ia tak pernah bosan menasehati hal itu kepada kami, anak-anaknya..

Senin, 18 Januari 2016

Jangan katakan 'suatu saat' nanti

Sebuah pesan dari film India yang berjudul Bang-bang!...
***
Seorang wanita bercerita kepada sahabatnya... "Suatu saat nanti aku ingin keliling dunia, melihat segala keindahan alam yang belum pernah ku lihat. Tapi, itu masih suatu saat. Sekarang, aku harus bekerja dengan giat untuk mewujudkannya!"
Lalu sahabatnya berkata... "Jangan pernah katakan suatu saat! Pindahkanlah suatu saatmu itu menjadi sekarang juga! Karena, kamu tak bisa menjamin bahwa kamu masih punya hari esok untuk mewujudkan suatu saatmu itu."

Minggu, 17 Januari 2016

Supaya kita tidak matrealistis dengan pahala

Seseorang berkata kepadaku...
"El, kita nggak pernah tahu kan sesungguhnya 1 pahala itu sebesar apa bagi Allah? Kita juga nggak pernah tahu apakah 1 pahala yang kita dapatkan itu berbeda-beda ukurannya bagi setiap orang? Tapi, ada satu hal yang membuatku akhirnya yakin El; Bahwasanya tujuan tidak ingin kita menjadi MATREALISTIS dalam berebut pahala. Contoh; Ketika kita tahu bahwa pahala menolong teman yang kehabisan bensin adalah 5 dan mengaji adalah 50, tentu kita akan memilih mengaji saja daripada menolong teman. Bener nggak? Semua itu dirahasiakanNya supaya kita selalu BERHARAP padaNya."

Sabtu, 16 Januari 2016

Jangan mau menjadi yang terakhir

Seseorang berkata...
"El, apapun yang terjadi... jangan mau menjadi yang terakhir. Dalam hal apapun! Baik dalam ibadah kepada Allah maupun pergaulan kepada sesama. Misalnya, sedang chat dengan teman nih! Nah, usahakan kamulah yang menjadi yang terakhir menutup. Contoh: Udahan dulu ya El. Ngantuk nih!. Nah, kamu harus balas lagi dengan kalimat lain. Kalau masih ada balasan lagi dari dia, kamu jangan kehabisan cara untuk membalas lagi walaupun hanya sekedar 1 atau sekedar emot icon aja."
Aku bergumam dalam hati; 'Ini sepele memang, tapi nilainya luar biasa!'

Jumat, 15 Januari 2016

Lebih lama lagi masa berpisah

Seorang sahabat menasehatiku seperti ini....
"El... se lama-lamanya kita BERTEMU, pasti akan lebih lama lagi masa BERPISAH. Maka, lakukanlah segala sesuatu dengan orang-orang terdekat seolah-olah esok kalian akan berpisah selamanya. Dengan begitu, kita nggak akan sempat mikirin pertengkaran karena kita sudah disibukkan dengan persembahan TERBAIK untuk hari TERAKHIR itu."

Kamis, 14 Januari 2016

Siapa tahu esok dia tiada

Dulu... aku sangat mudah ngambek dengan sahabatku sendiri. Ntah kenapa, segala kemarahan itu
serasa mudah saja ku luapkan padanya. Mungkin karena aku merasa yakin bahwa dia pasti menyayangiku. Aku sampai lupa bahwa dia adalah manusia yang punya hati untuk merasa bahagia maupun kecewa. Dan... pada suatu hari, seseorang menasehatiku seperti ini...
"El, jangan suka marah! Siapa tahu besok kamu nggak jumpa lagi sama dia. Ntah karena perpisahan atau kematian, sementara kamu belum sempat minta maaf padanya. Hati-hati El dengan amarahmu."

Rabu, 13 Januari 2016

Tentang kehebatan-kehebatan kecil yang kita bangun

Aku bercerita kepada seseorang tentang keinginan belajar bahasa asingku yang bertubi-tubi. Lalu, ia
menasehatiku...
"El, sesungguhnya kita nggak pernah tahu akan jadi apa nantinya kehebatan-kehebatan kecil yang saat ini kita ciptakan. Biarlah semuanya menjadi surprise dari Yang Maha Kuasa. Maka, teruslah berkarya El! Teruslah belajar! Teruslah berbagi! Sisanya, biar Allah yang mengurusnya."

Selasa, 12 Januari 2016

Paku yang meninggalkan bekas

Dia : "El tahu kan bahwa paku yang udah tertancap di papan itu ketika dicabut akan meninggalkan
bekas?"
Aku : "Iya. Aku tahu."
Dia : "Nah, seperti itu pulalah kata-kata yang menyakitkan. Ketika kita sudah menyakiti perasaan orang lain, sekalipun yang bersangkutan telah memaafkan, tetap saja akan MENINGGALKAN BEKAS."
Aku : Terdiam sejuta bahasa.

Senin, 11 Januari 2016

Dia selalu lebih dulu MEMAAFKAN

Dia adalah seseorang yang selalu lebih dulu MEMAAFKAN kesalahan orang lain sebelum orang yang bersalah MEMOHON maaf. Dia adalah seseorang yang darinya aku belajar memaafkan. Dia adalah sebab sadarnya aku bahwa selama ini aku adalah orang JAHAT. Dia adalah orang yang amarahnya berdurasi se per se kian detik saja; lebih cepat dari ritme tarikan nafas ke-10. Dia yang membuatku memahami arti penting MEMAAFKAN supaya kesalahan kita pun selalu DIMAAFKAN.

Minggu, 10 Januari 2016

Berbincang tentang Tuhan dan SyurgaNya

Seseorang pernah berkata...
"El, kalau kita selalu mempertanyakan setiap ibadah kita dengan; 'Kira-kira apa yang ku lakukan ini berapa besar ya keutamaannya di mata Allah? Pahalanya berapa banyak? Di terima nggak ya?', tentu kita akan ragu melakukan kebaikan, El. Terutama kebaikan-kebaikan yang selain ibadah ritual yang sudah jelas aturannya di dalam Al-Quran dan Hadist. Yakin saja bahwa Allah maha Menghitung segala perbuatan dan nggak ada yang tersia. Bukankah kita nggak boleh menyepelekan kebaikan-kebaikan kecil? Karena kita nggak pernah tahu kebaikan mana yang akan menyebabkan kita masuk Syurga. Yang harus kita ingat bahwa Syurga itu punya banyak pintu masuk dan punya banyak tingkatan."
Aku menyimak dengan sebenar-benar simak.

Sabtu, 09 Januari 2016

Perasaan juga harus out of the box

Seseorang berkata kepadaku...
"El, bukan hanya fikiran yang harus out of the box, perasaan juga. Belajarlah untuk lebih bijak lagi mengatur perasaan. Kalau ada orang yang kelihatannya nggak ramah sama kita, jangan dibalas nggak ramah juga. Tapi, cobalah untuk ramah ke dia. Insya Allah, kalau pun awalnya memang benar dia nggak suka sama kita, perlahan dia pasti akan luluh juga, El. Intinya, cobalah merespon di luar respon orang lain kepada kita yaaa."
Nasehat ini memang sangat ku butuhkan saat ini. Aku mengilhaminya.

Jumat, 08 Januari 2016

Sedekah sandal jepit

"Aku ada nazar nih buat nyedekahkan uangku Rp 100.000. Kira-kira ke mana ya disalurinnya?"
tanyaku. Lalu di menyarankan hal yang di luar dugaanku; "Kita belikan sandal jepit aja gimana? Kan ada banyak mesjid di dekat sini dan pasti butuh sandal jepit buat ke tempat wudhu. Ya nggak? Itu akan jauh lebih bermanfaat daripada hanya dimasukin ke kota infak loh, karena nggak langsung berguna uangnya." Atas sarannya yang sederhana namun luar biasa itu, akhirnya aku menyetujuinya.

Kamis, 07 Januari 2016

Ciptakanlah sebab bagi diturunkannya pertolongan Allah

"Ngapain berhenti sih? Nanti kita terlambat loh!" gerutuku.
"El, Bapak itu kehabisan bensin, kita tolong belikan dulu ya! Kasihaaan."
Setelah selesai menolong bapak tersebut, kami kembali melanjutkan perjalanan. Tentunya aku semakin gelisah karena waktu kami semakin singkat.
"Kamu kok baik banget sih? Sempet-sempetnya kefikiran buat nolongin orang, padahal kita sedang buru-buru gini," tanyaku.
"El, kita harus menciptakan sebab bagi diturunkannya pertolongan Allah. Emangnya kamu nggak senang kalau saat kesulitan, ada orang yang bermurah hati menolongmu?"
Aku berfikir sejenak. Terdiam. Lalu menyesal tentang apa yang telah ku rasakan sebelumnya.

Rabu, 06 Januari 2016

Jangan korbankan saudarimu

Aku menolak untuk berboncengan dengan pak RT karena aku faham bahwa laki-laki dan wanita itu
dilarang berduaan. Lalu ku sarankan agar Adiba saja yang pergi bersama pak RT untuk menyebarkan undangan buka bersama kepada warga sini. Laiqa langsung mendekatiku dan berbisik lembut; "Ukhti... kalau kamu saja tidak mau mengorbankan dirimu, lalu mengapa kamu korbankan saudarimu? Barangkali kalau kamu yang pergi, kamu bisa menjaga diri karena kamu sudah faham. Tapi, bagaimana dengan Adiba? Dia tidak sefaham kamu tentang agama ini, Ukh. Biar aku saja yang pergi kalau begitu!" ujar Laiqa sambil melangkah mendekat ke arah pak RT yang sejak tadi menunggu di depan posko. Aku terdiam. Tersadarlah aku, bahwa aku nyaris mengorbankan saudariku karena keegoisanku.

Selasa, 05 Januari 2016

Apa susahnya mengucapkan 'Terimakasih'?

"Cantik kali El bajumu," puji seseorang kepadaku.
"Ah, biasa aja Kak. Ini kan udah sering aku pakai. Masa Kakak baru nyadar?" jawabku sambil memohon diri untuk pulang.
Di perjalanan, Laiqa berkata; "Apa susahnya sih El mengucapkan 'terimakasih' kepada orang yang telah memujimu?"
Detik ini juga, rasanya jantungku berhenti berdetak. Laiqa benar. Apa susahnya mengucapkan terimakasih? Ah, untuk hal-hal sepele seperti ini pun ternyata aku masih harus diingatkan.

Senin, 04 Januari 2016

Dia yang selalu berkata; "Semoga berkah yaa."

Aku seolah kehabisan kata-kata dan tidak beralasan menceritakan kejelekan orang lain kepada
sahabatku yang satu ini. Setiap kali aku bercerita tentang hal buruk tentang orang lain kepadanya, ia selalu menjawab seperti ini; "Ya udah, kita doakan saja semoga hidupnya penuh berkah, keputusannya nggak salah dan urusannya selalu mudah. aamiin." Terhadap hal buruk saja doanya sebaik itu, apalagi terhadap hal baik? Kadang aku tak habis fikir padanya, bagaimana ia bisa selalu refleks mengucapkan doa-doa mulia seperti itu? Barangkali hatinya terang benderang di dalam sana.

Minggu, 03 Januari 2016

Ada yang lebih membutuhkan mukena ini

"Loh? Kamu nggak berdoa dulu?" tanyaku padanya yang buru-buru membuka mukena setelah salam.
"El, ada yang lebih membutuhkan mukena ini sekarang. Jangan sampai kita egois! Tanpa mukena, kita masih bisa berdoa kan?" jelasnya.
"Berarti kamu nggak bisa sholat sunnah juga donk kalau gitu?" tanyaku lagi.
"Hari ini pengecualian, El. Ada yang lebih membutuhkan mukena ini," tutupnya sambil menyerahkan mukena itu kepada perempuan yang mengantri mukena di sampingnya. Aku tersenyum melihatnya. Tersadar akan sesuatu yang lupa ditempatkan dengan lebih bijak.

Sabtu, 02 Januari 2016

Dia yang selalu berkata; "Mohon doanya ya."

Dia adalah seorang sahabat yang tak pernah luput mengatakan; "Mohon doanya ya," kepada setiap
orang yang ditemuinya. Tua, muda, sebaya, semuanya selalau diawali atau diakhiri dengan kalimat tersebut. Pernah suatu ketika ada seseorang yang mencelanya habis-habisan atas kesalahan yang tak sengaja ia lakukan. Bukannya marah, ia malah berkata; "Mohon doanya ya, supaya saya bisa lebih baik lagi." Belum pernah ku temui sifat 'langit' yang membumi seperti ini. Semoga syurga merindukanmu wahai sahabatku...

Jumat, 01 Januari 2016

Mampirlah walau hanya sebentar

Seseorang berkata kepadaku...
"El, aku pernah menyesal karena tak menyempatkan diri bersilaturahmi ke rumah kerabat, ketika aku pulang kampung. Sekarang, salah satu dari kerabatku itu ternyata sudah berpulang. Aku menyesal sekali karena jangankan bertemu dengannya, menyapanya pun sudah tidak mungkin lagi. Oleh karena itu, aku ingin berpesan padamu ketika kamu pulang kampung nanti; MAMPIRLAH walau hanya sebentar, SAPALAH walau hanya sebentar orang-orang yang kamu sayang. Sebelum mereka pergi dan kamu akan menyesal."