Selasa, 31 Mei 2016

Kenapa tidak sekaligus seperti Arabian?

Aku sholat Duha dengan menggunakan jilbab, baju gamis dan bawahan mukena. Lalu ketika mami masuk ke dalam kamar, ia berkomentar; "Sholat macam apalah itu? Kok nggak pakai mukena sekaligus? Takut Jilbabnya rusak?" Aku langsung membatalkan sholatku untuk menjawab pertanyaan Mami; "Orang-orang di Turki itu sholatnya malah pakai gamis aja loh Mi. Indonesia sama Malaysia aja yang sholatnya rapi banget pakai mukena." Lalu mami bertanya lagi; "Kalau ngikutin orang luar negeri, kenapa nggak sekaligus aja mencontoh orang Arab Saudi? Lebih tertutup lagi daripada orang Turki."

Aku terdiam. Benar yang dikatakan Mami. Kenapa aku nanggung? Kenapa tidak se-tertutup orang arab saja sekalian kalau memang ingin mencontoh orang luar negeri dalam sholat?

Senin, 30 Mei 2016

Papa yang merawat Mama

Papanya temanku sangat penyayang kepada istrinya. Ketika istrinya sakit, ia melarang anak-anaknya untuk merawat ibunya. Papanya lah yang sepenuhnya mengambil alih dalam merawat sang istri. Katanya... ia ingin membalas semua kemurahan hati istrinya dalam mendampinginya hingga melahirkan anak-anak yang membanggakan. Kapan lagi aku akan membalas semuanya kalau bukan sekarang? fikirnya.

Minggu, 29 Mei 2016

Dia yang selalu berkata; "Nikmatilah momennya!"

Dia adalah laki-laki yang mengaku dirinya adalah sosok yang kaku dan tidak romantis. Ia berkata seperti itu sebab teman-temannya berkata seperti itu kepadanya. Tapi bagiku tidak. Ia justru adalah laki-laki ter-romantis yang pernah ku temui. Romantisme telah melebur menjadi ruh dalam setiap tindak-tanduknya, tidak hanya sebatas kata-kata puitis semata. Aku takjub pada keindahan pribadinya. Setidaknya, sudah 3x ia berkata kepadaku; "Nikmatilah momennya!", yaitu ketika aku wisuda, ketika aku mengikuti lomba dan ketika kami mengunjungi objek wisata. Menikmati momen, baginya adalah dengan merenungkan setiap tanda-tanda kebesaranNya. Kurang romantis apa laki-laki ini coba?

Sabtu, 28 Mei 2016

Menolong itu harus maksimal!

Ia adalah perempuan yang NEKAT!
Nekat bukan sembarang nekat, nekat yang ini adalah nekat dalam menolong orang lain.
Ia baru saja menjamin akan membayarkan biaya penggantian rantai motor milik seorang laki-laki paruh baya yang putus. Padahal, ia sendiri pun sedang tidak memegang uang sepeser pun. Ia lalu mendatangiku dan meminjam uangku.

"Nolong itu harus maksimal. Nggak boleh setengah-setengah! Kasihan Bapak itu. Anak dan Istrinya pasti sedang menunggunya di rumah." Demikian katanya.

Jumat, 27 Mei 2016

Kamu lupa bahwa kamu punya Tuhan

Hari ini aku benar-benar merasa sendiri, tak punya siapa-siapa untuk menolongku. Mendadak, masa depan jadi terlihat suram dalam benakku. Lalu aku mengadu kepada sahabatku dan menceritakan kekhawatiranku tentang ini dan itu. Ia hanya berkata; "Ah, kamu ini lupa ya kalau kamu punya Tuhan? Kamu lupa bahwa kamu punya senjata; Doa dan kamu juga lupa kalau kamu masih punya harapan."

Kamis, 26 Mei 2016

Tidak sarapan pagi

Aku heran dengan kebiasaan pagi temanku di kampus. Ia tidak pernah sekalipun sarapan. Aku penasaran, bagaimana mungkin memulai pagi tanpa makanan? Tapi ia punya jawaban pamungkas yang membuatku terperanga; "Makanan yang tadi malam aja belum tercerna dengan baik, masa harus makan lagi sih? Kasihan mesin di perut kita."

Rabu, 25 Mei 2016

Berbakti untuk yang terdekat

Aku menawarkan program pertukaran pemuda kepada sahabatku. Kali ini temanya tentang budaya bahari di Indonesia. Sementara dia tak punya basic sama sekali dalam kebaharian, sebab ia adalah mahasiswa Biologi. Pun aku. Aku adalah mahasiswa Ekonomi, tapi aku mau mengikuti kegiatan ini. Berbeda dengannya yang enggan.

"Aku ingin mengurusi hal terdekat terlebih dulu, El. Ilmuku ini pun belum terpakai, masa mau memburu ilmu lagi sih? Serius? Aku juga ingin mengurusi rumahku dulu; Desaku tercinta. Nanti barulah aku terbang ke luar sana."

Selasa, 24 Mei 2016

Jika melihatku, sapalah aku

Hari ini aku bertemu dengan teman lamaku. Sebenarnya, sehari sebelumnya, aku melihatnya dari kejauhan. Tapi, karena ragu apakah itu benar dirinya atau bukan, akhirnya aku tak menegurnya. Hari ini aku berkata kepadanya; "Kemarin aku ragu mau menyapamu, takut salah orang hehee." Lalu ia berkata dan perkataannya ini menyentuhku; "Lain kali, kalau melihatku, sapalah aku! Jangan ragu. Toh, kalau pun ternyata salah orang, kamu kan bisa meminta maaf padanya."

Senin, 23 Mei 2016

Menolong dengan pertolongan terbaik

Aku salut dengannya, seseorang yang baru ku kenal dan ternyata sangat bermurah hati. Hari ini aku bermotor beriringan dengannya, tak sengaja bertemu dengannya di satu tempat. Di tengah jalan, ia menyapa seorang laki-laki paruh baya yang sedang mendorong motornya. Lalu ia menawari bantuan untuk membantu bapak itu menemukan bengkel. Tapi, bapak itu berkata; "Ke Bengkel pun saya nggak bisa bayar, Dek. Uang saya hanya Rp 20.000." Temanku ia seketika berkata; "Nggak apa-apa, Pak, pakai uang saya saja."

Sesampainya di bengkel, temanku itu mendekatiku; "El, aku pinjam uang Rp 135.000 dulu ya. Biaya bengkelnya segitu sedangkan aku nggak bawa uang sama sekali." Dengan senang hati ku berikan uang itu padanya. Yang membuatku tidak habir fikir, bagaimana ia bisa menjamin bapak itu sedangkan ia sendiripun tak memegang uang sama sekali. Baginya, menolong itu harus yang terbaik. Ya Allah... kebaikan baginya. amiin.

Minggu, 22 Mei 2016

Suami-istri itu seumpama pakaian

Sahabatku sedang menasehati temannya lewat telvon...
"Suami itu adalah pakaian bagi istri dan istri pun adalah pakaian bagi suami. Kalau kamu seperti tadi, memarahi suamimu di tempat umum, bukan hanya suamimu yang malu, kamu pun sebenarnya sedang mencoreng arang di wajahmu sendiri. Kalau kamu mampu, tahanlah marahmu dan ungkapkanlah ketika nanti sampai di rumah. Maaf kalau aku terkesan menggurui."

Sabtu, 21 Mei 2016

Hanya menurut kita, belum tentu menurutNya

Rasanya sangat wajar jika kita gagal dalam satu urusan kemudian kita akan menyesali usaha yang dirasa kurang maksimal sehingga menyebabkan kegagalan tadi. Biasanya kita akan bergumam; "Andai saja aku begini, tentu tidak akan seperti ini kejadiannya." Kurang lebih seperti itu. Tapi, ternyata temanku yang satu ini berbeda. Ia marah ketika aku bergumam tentang "Jika ini, maka itu."

Ia berkata; "Kita tidak pernah tahu bagaimana takdir kita sampai kita melewatinya. Dan apa yang sudah berlalu dari hidup kita, itulah TAKDIR kita. Boleh menyesal, tapi jangan sampai 'sok tahu' tentang takdir Tuhan dengan mengatakan 'Jika ini, maka itu'. Itu kan baru menurut kita, belum tentu menurut Tuhan. ya kan?"

Jumat, 20 Mei 2016

Sesuai ruang penerimaan yang tersedia

Aku baru saja selesai curhat dengan sahabatku tentang seseorang yang tadinya sangat ku yakini adalah yang TERBAIK untukku, tapi nyatanya ia membuatku KECEWA. Rasa kecewa yang ku alami kali ini terasa sangat sulit dinetralkan. Barangkali, karena aku sudah sangat berharap kepadanya. Sahabatku itu hanya menasehatiku 1 hal dan nasehat ini tak akan pernah bisa ku lupakan sampai kapanpun; "Jangan berharap lebih besar dari RUANG PENERIMAAN yang tersedia di hatimu."

Kamis, 19 Mei 2016

Dibingungkan oleh pertanyaan sendiri

Aku butuh pendapat seseorang yang ku yakini bisa membantuku menentukan keputusan. Lalu mulailah aku bercerita tentang pilihan-pilihan yang ada, berikut dengan pertanyaan-pertanyaan di hati yang membuatku bingung untuk memutuskan. Di ujung curhat, ia hanya berkomentar; "Ternyata, kita sering dibuat bingung dengan pertanyaan-pertanyaan kita sendiri ya?"

Komentarnya itu justru mestimulusku untuk menentukan keputusan dengan sendirinya. Ajaib! Jarang sekali ada orang seperti dirinya; Sedikit berbicara, tapi berat bobotnya.

Rabu, 18 Mei 2016

Sosok yang melihat tak sekedar melihat

Hari ini aku berkunjung ke Istana Siak bersama teman-temanku. Di antara mereka, ada seorang teman yang unik. Ketika aku dan yang lainnya sibuk berfoto-foto, ia justru masih merenung di spot yang tadi. Kami begitu cepat berpindah-pindah tempat, melihat yang satu lalu beralih ke yang lain. Tapi dia tidak. Cukup lama ia berpindah tempat, seolah sedang mencoba memahami apa yang sedang dilihatnya. 'Melihat tak sekedar Melihat', barangkali semboyan itulah yang cocok untuknya.

Ketika ku tanya; "Apa yang sedang kamu fikirkan?" Ia menjawab; "Aku berusaha memahami." Aku mengernyitkan dahi. Bingung dengan temanku yang satu ini. Lalu ketika kami hampir pulang, ia memanggilku untuk ikut memandang figura usang di depannya. "Lihatlah! Ini adalah angkatan perang kita, tapi mereka tak ber-sepatu. Padahal mereka akan berperang. Lalu lihatlah kita saat ini! Kita bersepatu atau minimal bersandal. Tapi, dalam hal menghargai kemerdekaan, kita belum ada apa-apanya dibanding mereka. Ah, malu sekali rasanya!" gumamnya. Aku tertegun. Malu.

Selasa, 17 Mei 2016

Menuruti Chanel TV Pilihan Anak

Malam ini aku bertamu ke rumah tetangga. Rupanya mereka sekeluarga sedang menonton TV di ruang keluarga. Sambil menyambung tali silaturahmi, aku terus memperhatikan interaksi mereka. Dan aku dibuat takjub pada sebuah sikap, ketika si bungsu tiba-tiba mengganti chanel TV yang sebelumnya adalah film kesukaan sang ayah. Marahkah sang ayah kepada si bungsu? Ternyata tidak. Ia hanya bergumam; "Yah, beginilah kalau remotnya dikuasai si kecil," gumam ayahnya sambil mengelus kepala si bungsu dan tersenyum.

Pemandangan romantis macama apa ini?

Senin, 16 Mei 2016

Mendoakan diri sendiri dengan mendoakan orang lain

Temanku yang sudah sangat ingin menikah mencoba merawat harapannya dengan cara merawat doanya. Bukan doa untuk dirinya sendiri, ia justru mendoakan orang lain. Sebab, ia percaya bahwa ia pun akan didoakan hal yang sama, bukan oleh manusia, tapi langsung oleh Malaikat-malaikatNya.

"Aku selalu memelihara doa ini; 'Ya Allah, bantulah saudara-saudaraku yang sudang ingin menikah, tapi belum bertemu dengan jodohnya. Dan yang sudah bertemu dengan jodohnya, tapi belum mampu menikahinya. Anugerahkan kepada mereka jodoh yang sholeh/a dan bantu mereka untuk bersegera memampukan/memantaskan diri dalam menjemput pernikahan yang sakinah, mawaddah, warahmah." Demikian doanya..

Sabtu, 14 Mei 2016

Kalla saya'lamuun

Tersebab pernah kecewa kepada seseorang, aku jadi memiliki target untuk bisa lebih dulu menikah daripada dia. Dan niat ini ku nyatakan kepada sahabat terbaikku. Namun, ia berkomentar lembut seperti ini...

"Kalla saya'lamuun. Summa kalla saya' lamuun. Janganlah sekali-kali kamu begitu. Dan janganlah sekali-kali kamu begitu. Sekalipun hanya sekali, itu tidak boleh, El. Kan kamu niatnya menikah untuk ibadah, masa jadi ajang ngebut-ngebutan sih?"

Jumat, 13 Mei 2016

Biar Allah yang jaga

Seorang ibu kos meminta semua anak kosnya untuk membawa pulang kendaraan mereka. Sebab, ibu kos akan pulang kampung cukup lama dan menyangsikan jika ada motor yang ditinggal di kosan. Maling sedang sangat gigih mencari mangsa belakangan ini. Tapi, seorang anak kos tidak punya pilihan lain selain meninggalkannya di kos. Ia memasukkan motornya ke dalam kamarnya kemudian menutupinya dengan selimut.

"Motornya nggak dibawa pulang, Ris? Ibuk sanksi loh," kata ibuk tersebut.
"Biar Allah yang jaga Buk. Tenang saja..hehe," jawabnya dengan lembut, penuh keyakinan.

Kamis, 12 Mei 2016

The Sweetest part of my parent

Pagi ini, ketika mataku terbuka dari nyenyaknya tidur malam tadi, tiba-tiba ada sebuah pemikiran yang menyergap perhatian. Selama ini, aku tidak pernah menyaksikan atau mendengar papa memperlakukan mami dengan kasar, seperti memukul atau 'nyaris' memukulnya. Aku tersenyum sendiri jadinya.

"Ma, Papa nggak pernah kan sekalipun memperlakukan Mama dengan kasar? Memukul atau nyaris memukul gitu," tanyaku. Sangat tertarik untuk mencari tahu.
Mami menggeleng. Sambil tersenyum.
"Ini adalah bagian ter-so sweet dari Mama dan Papa menurutku. Setelah usia pernikahan yang udah lebih seperempat abad ini. How sweet you two. Langgeng hingga tua ya Ma, Pa.."

Rabu, 11 Mei 2016

Inovasi Perasaan

Aku uring-uringan. Pesan yang ku kirimkan padanya ini sudah susah payah berperang dengan egoku sendiri. Aku bukan tipe orang yang mudah memulai terlebih dulu. GENGSI! Tapi, demi memastikan sesuatu, aku rela memulainya. Lalu, apa balasannya? Ia hanya membalas pesanku seadanya. Singkat sekali. Aku uring-uringan. Lalu sahabatku menasehatiku dengan rumus segarnya...
"Bukan hanya bisnis yang butuh diinovasi, perasaan kita juga. Kalau biasanya kamu nggak suka dengan perlakuan A dari seseorang, kali ini cobalah mengikuti alur perlakuan A tersebut. Cobalah mengalah dulu, barulah nanti kalau ada kesempatan lagi, ulanglah pertanyaanmu. Kalau tidak, ya sudah, itung-itung kamu sedang melatih kesabaran. Ingat, tidak semua yang kita mau itu harus kita dapatkan! Ada ego orang lain yang menghalangi. Dan ego kita sendiri tentunya."

Selasa, 10 Mei 2016

Bertubuh preman, berhati Nabi

Seorang laki-laki bertubuh gemuk, botak dan berwajah seperti preman sedang menyantap makanannya dengan lahap. Aku memperhatikannya dari parkiran motor. Namun, sesaat kemudian keseraman fisik itu runtuh seketika manakala ia mengelus kucing sambil memberinya tulang dari piringnya. Aku takjub padanya. Barangkali, fisikku tak menakutkan seperti dirinya, tapi kasih sayangku belum tentu mampu menandinginya..

Senin, 09 Mei 2016

Supaya didoakan oleh warga Maya

Aku punya sahabat yang unik. Ia sering kali mempost di medsos tentang apa yang diharapkannya. Belakangan ini, postingannya selalu bertema tentang Penantian Jodoh. Aku hanya bertanya di dalam hati; "Apa dia tidak malu mempost hal seperti itu?" Aku hanya merasa, akan ada yang mencibirnya nun jauh di sana atau terlebih lagi menganggapnya terlalu 'ngebet' pengen nikah. Dan ketika ku tanyakan kepadanya; "Kamu kok bisa pede banget sih nge-share status kayak gitu?"

Dia menjawab dengan tenang; "Supaya banyak yang mendoakanku."
Aku menangkisnya; "Kalau ada yang mencibir atau mendoakan keburukan gimana?"
Dia menjawab lagi, semakin tenang; "Itu sih urusan dia sama Allah, hehe. Aku mana kuasa?"

Minggu, 08 Mei 2016

Doanya justru untuk orang lain

Aku melihatnya berdoa begitu khusyuk. Bahkan setelah semua orang selesai sholat dan sedang bersalam-salaman, ia tetap saja tenang dalam tunduk kepala, pejam mata dan tengadah tangannya. Apa yang sedang didoakannya? 

"Kamu pasti sedang banyak permintaan ya kepada Allah?" tanyaku setelah ia selesai berdoa.
"Iya..kamu benar!" jawabnya, singkat.
"Kamu minta apa? Jodoh? Rezeki? Atau skripsimu supaya dilancarkan?" kejarku.
"Sungguh, aku justru sangat sedikit berdoa untuk diriku sendiri. Dalam doaku, aku lebih banyak mendoakan orang lain, seluruh kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat dan seluruh saudara seiman di mana pun mereka berada."

Sabtu, 07 Mei 2016

Berdoa lewat tulisan

Aku : "Ketika kamu merasa seluruh dunia menjauh, di mana tempat ternyamanmu untuk berkeluh kesah?"
Dia : "Kepada tulisan-tulisanku."
Aku : "Loh? Kok kepada tulisan sih? Kenapa nggak berdoa kepada Allah?"
Dia : "Darimana kau tahu kalau aku tidak berdoa. Justru, menulis itu adalah wujud doaku kepada Allah. Ketika menulis, aku sedang mengulang cerita dan mengevaluasi diri. Tak ada yang salah kan? Justru, tulisan ini bukan hanya ku peruntukkan untuk diirku sendiri, aku akan membagikannya sehingga orang lain bisa belajar dari sana."

Jumat, 06 Mei 2016

Kapan kita belajar Bersaudara?

Seorang ibu meminta anak-anaknya memperhatikan apa yang akan dikatakannya. 4 putri cantiknya itu duduk takzim melihat ke arahnya. Lalu ibu mereka berkata...
"Tadi sewaktu sholat Ashar sebenarnya Ummi mau nangis dalam sholat," katanya.
Semuanya terdiam. Anak-anaknya terlebih lagi. Mereka sepakat bertanya di dalam hati; "Ada apa dengan Ummi?"
Lalu sang ibu melanjutkan lagi; "Sebenarnya Ummi bahagia, kita sudah lengkap, kalian sudah pulang semua. Tapi yang membuat hati ini sedih, kenapa kalian tidak berusaha untuk saling menyayangi satu sama lain? Kenapa selalu bertengkar? Saling menyalahkan dan iri-irian. Kenapa? Kalian sudah besar. Mau sampai kapan seperti ini terus? Memang, kalian adalah cerminan Ummi. Tapi, separah ini kah?
4 orang putrinya itu tertunduk, dalam.

Kamis, 05 Mei 2016

Menerima Jamuan dengan penghormatan

Padahal Mala sudah makan di rumah setelah tadi berbuka puasa. Tapi, ketika ia berkunjung ke rumah Suli, ternyata ia sudah menyiapkan makan malam dan sudah sejak tadi menunggu kedatangan Mala. Ketika dipersilahkan makan, Mala langsung makan dengan sangat antusias (dalam porsi kecil) tanpa berkata bahwa sebenarnya ia sudah makan. Sebab ia tidak ingin mengecewakan orang yang sudah berupaya untuknya.

Rabu, 04 Mei 2016

Setiap orang punya kesulitan tersendiri

Bersyukurlah jika kamu termasuk orang yang mudah berhijrah. Namun, jangan mengkerdilkan upaya saudaramu yang ingin berubah menjadi lebih baik hanya karena kamu melihatnya lamban dalam berubah. Sebab, kita tidak pernah benar-benar tau ntah KESULITAN macam apa yang sedang dihadapinya. Sejatinya, setiap karakter memiliki ujiannya sendiri dan setiap orang memiliki kesukarannya sendiri. Boleh jadi ia memang bergerak lambat, tapi boleh jadi tapak kakinya lebih kuat daripada kamu; sebab ia berjalan perlahan sambil memaknai langkah..

Selasa, 03 Mei 2016

Cocokkah karaktermu dengannya?

Aku mendapat pandangan baru tentang kecocokan semacam apa yang perlu kita temukan dengan calon pasangan hidup kita setelah agamanya.
"Kita memang harus memilih jodoh yang baik agamanya. Tapi, sebenarnya tidak ada standar baku dalam menentukan kesholehan seseorang. Setidaknya, ia adalah orang yang melaksanakan hal-hal wajib dalam berislam. Dan selanjutnya, yang harus cocok itu adalah karakter pasangan. Sebab, kita akan hidup bersama karakternya. Soal ibadah, bisa dilaksanakan dalam waktu sekejap baik dengan kesadaran sendiri atau paksaan orang lain. Tapi soal karakter? Itu tidak terbentuk seketika. Butuh waktu sangat lama untuk membentuknya."

Senin, 02 Mei 2016

Menikah adalah cara menikmati masa muda

Aku bertanya kepada seorang teman laki-laki yang sebentar lagi akan mengkhitbah seorang perempuan...
"Kamu nggak merasa menyayangkan kebebasan masa mudamu yang sebentar lagi akan berakhir?" tanyaku. Pertanyaan ini sebenarnya sekaligus untuk menguji keteguhan hatinya.
Lalu ia menjawab; "Sudah cukup sendiriannya. Sekarang, aku ingin berdua. Kalau ditunda, nanti malah aku jadi melalaikan diriku sendiri."
Aku bertanya lagi; "Kamu nggak pengen menikmati masa mudamu lebih lama lagi?"
Ia menjawab; "Menikah itu justru adalah cara menikmati masa muda, menurutku."

Minggu, 01 Mei 2016

Pulang jauh lebih baik bagimu

Aku: "Menurutmu aku pulang kampung saja atau tetap di sini supaya bisa berzikir dengan tenang? Sebab, kalau aku pulang, aku tidak menjamin bisa tetap istiqomah seperti ini"
Dia: "Sudah berapa lama kamu tidak pulang?"
Aku: "Kurang lebih 10 bulan."
Dia: "Jika kepulanganmu kamu yakini membahagiakan kedua orang tuamu, maka pulang jauh lebih baik bagimu."
Aku: "Lalu bagaimana tentang kesulitanku istiqomah?"
Dia: "Justru di sanalah ujian sesungguhnya.."