Jumat, 30 September 2016

Tak ada yang salah dengan Takdir Pertemuan

Ada pasangan yang dulu menikahnya hanya dalam pertemuan sekejap. Ada juga pasangan yang dulu menikahnya tersebab sudah cukup mengenalnya. Ada juga pasangan yang dulu menikahnya diawali dengan perkenalan seadanya lalu tiba-tiba cenderung dan memutuskan untuk menikah. Dari 3 jenis proses tersebut, manakah yang lebih baik? Jawabannya; Semuanya baik! Selama dijalani tanpa melanggar apa yang seharusnya tak dilanggar. Pertemuan, siapakah yang mengatur? Kecenderungan, siapakah yang menganugerahkannya? Kemantapaan hati, siapakah yang memberi? Dia. Maka, tak ada yang salah dengan takdir pertemuan.

Kamis, 29 September 2016

Kita pun pernah salah

Seseorang yang dulunya sangat pendendam dan sukar sekali memaafkan, kini telah berubah menjadi sosok yang berjiwa besar dan sangat pemaaf. Ketika ku tanya, bagaimana ceritanya sehingga ia bisa sedemikian berubah saat ini? Ia menjawab sederhana: "Aku pernah melakukan kesalahan besar dan aku dimaafkan. Maka sejak saat itu, aku bertekad untuk menjadi pemaaf."

Rabu, 28 September 2016

Aku meminta mahar Ar-Rahman

Setahuku, yang namanya mahar itu ya seperangkat alat sholat atau mas atau uang tunai. Tapi hari ini mindsetku berubah sebab seorang wanita yang luar biasa yang tak lain adalah sahabatku sendiri, bercerita kepadaku bahwa ia hanya meminta mahar hafalan surat Ar-rahman dari calon suaminya. Aku lalu berfikir, mahar apakah yang kelak ingin ku minta ya? Surat Al-Waqiah barangkali?

Selasa, 27 September 2016

Sesak nafas sebab menyimpan benci

Hari ini aku mendapat cerita hikmah dari seorang teman yang mengaku dulunya ia adalah orang yang sering memendam kebencian kepada orang lain. Sulit sekali memaafkan, katanya. Hingga mamanya sering kali mendapatinya sering menarik nafas panjang. Mamanya menasehatinya untuk belajar memaafkan kesalahan orang lain atau apapun yang tidak disukainya terhadap orang lain. Sejak saat itu, hidupnya berubah! Ia lebih bahagia dan tidak pernah lagi menarik nafas panjang semacam sesak seperti itu.

Senin, 26 September 2016

When you meet me, i am yours

Aku membaca biodata Lia di antara biodata lain para penghuni kosan ini. Aku tertarik sekali dengan prinsip hidupnya...
When you meet me, i am yours. So, jangan sungkan untuk menyapa atau meminta pertolongan ya!
Sederhana namun sangat inspiratif.
Dia sangat suka direpotkan ternyata!

Minggu, 25 September 2016

Menikah untuk BAHAGIA

Saat ini, aku belum ingin menikah. Jujur saja, mendengar teman-temanku membicarakan tentang pernikahan membuatku risih sendiri. Lalu, pintu hatiku diketuk oleh kehadiran seseorang ke dalam hidupku. Aku bertanya dan ia menjawab.
"Tolong jelaskan kepadaku kenapa kita harus menikah? Tolong buat aku faham, tapi jangan lagi membawa hadist atau ayat-ayat Al-Quran. Aku ingin kamu menjelaskannya dengan kombinasi menarik antara nalar dan perasaan. Sip?" pintaku.

Ia mengawali penjelasannya dengan kalimat yang sangat kontekstual...
"...Yang tadinya kita hanya 1 kampung, setelah menikah kita akan memiliki 3 kampung; Kampung kita, kampung pasangan kita dan kampung tempat kita merantau bersama. Menikah itu bukan hanya menyatukan 2 insan yang berbeda jenis kelamin, tetapi menyatuan 2 keluarga, 2 suku, 2 kampung, 2 negara bahkan."

Lalu, setelah ia menjelaskan panjang lebar, ditutupnya dengan kalimat...
"So, jika kamu bertanya, untuk apa kita menikah? jawabannya... untuk BAHAGIA."

Sabtu, 24 September 2016

Bayarlah Parkir dengan ikhlas

Aku dan temanku berkendara menuju swalayan di dekat kampus. Aku yang memboncengnya. Sesampainya di depan swalayan, aku celingukan mencari halaman yang kira-kira tidak perlu membayar parkir. Temanku itu ternyata membaca gelagatku.
"Takut bayar parkir ya?" tebaknya.
Aku nyegir.
"Uang parkir itu barangkali satu-satunya sumber penghidupannya loh! Membayar parkir, berarti membantunya menyambung hidup. Jangan pelit donk!" katanya dengan lembut.

Aku luluh.

Jumat, 23 September 2016

1 menit menuda sholat

Malasku sedang kambuh!
Azan sudah berkumandang, tapi aku belum juga beranjak untuk berwudhu.
Dek Eri sudah ketiga kalinya memanggilku untuk segera sholat.
"Kak, kata orang, jangan tanya kenapa rezekiku sedikit atau jodohku lambat datangnya, sebab sholat kita pun sering telat," katanya dengan gaya polosnya.
"Iya Cin, kata orang, 1 menit menunda sholat artinya 1 menit menunda masuk syurga loh!" sahut yang lain pula.

Kamis, 22 September 2016

Jangan menghalangi rezeki orang lain

Temanku mengajakku untuk mengikuti sebuah program ke luar negeri. Tapi, setelah ku pastikan tanggalnya, ternyata di tanggal yang sama aku sudah punya agenda lain yang juga prioritas. Tapi aku lalu bergumam; "Nggak apa-apa deh daftar aja! Kalau lolos kan ada acceptance letter-nya. Itung-itung nambah daftar CV kaaan ya?"
Temanku itu berkata; "Jangan begitu donk! Kalau sudah pasti tidak bisa pergi, ya sebaiknya tidak perlu mendaftar. Bayangkan kalau seandainya ada orang yang nggak lolos gara-gara quotanya terisi oleh kita, padahal kita nggak bisa berangkat. Bukankah itu namanya menghalangi rezeki orang lain?"

Rabu, 21 September 2016

Membuktikan takdir-Nya atas kita

Kami berdua berada dalam antrian panjang registrasi seminar 1 juta domain untuk Indonesia. Setelah mengantri cukup lama, tiba-tiba panitia mengatakan bahwa yang diizinkan masuk hanya mereka yang membawa KTP dan laptop. Sadarlah aku bahwa aku tidak membawa KTP. Temanku berkata; "Tenang aja, kalau rezeki insya Allah nggak akan ke mana. Mari kita buktikan takdirNya hari ini! Apakah kita ditakdirkan masuk ke dalam atau tidak?"

Ternyata, sekalipun kami sudah minggir dan pasrah jika pun tidak berkesempatan masuk. Tapi, ternyata ada seseorang yang berbisik kepada kami bahwa kami bisa masuk lewat pintu samping. Alhamdulillah, kami benar-benar bisa duduk di dalam dan menikmati ilmu meskipun tanpa mendapat jatah snack dan makan siang.

Selasa, 20 September 2016

Supaya kita layak dianugerahi

Tini sangat rajin merapikan rumah.
Kami tinggal di rumah ini ber-7 dan yang paling rajin bersih-bersih itu ya Tini.
Selain rajin bersih-bersih rumah, ia juga rajin masak.
Suatu hari aku berkata padanya; "Kamu luar biasa Tin. Tersebab kamu rajin merawat rumah, maka semoga kamu pantas dianugerahi rumah bagus nantinya oleh Allah. Dan tersebab kamu rajin masak, maka semoga kamu pantas dianugerahi suami yang penyayang nantinya oleh Allah."

"Aamiin.. doa baiknya untumu juga, Ciiinn," balasnya.
*Wew, hanya karena mendoakan kebaikan untuk orang lain, aku juga dapat doa yang sama? Mudah sekali mencari keberuntungan di dunia ini ternyata.!

Senin, 19 September 2016

Apa yang kamu katakan adalah Benar

Ia adalah seorang perempuan yang bertalenta. Tapi karena sifat tidak pedenya, akhirnya banyak kesempatan yang dilewatkannya begitu saja. Suatu hari temannya menyarankannya mengikuti kompetisi lagi dan ia berkata; "Sepertinya aku ngga bisa melakukannya. Aku nggak mau ikut ah!"

Temannya itu lalu berkata; "Kalau kamu berkata kamu TIDAK BISA, maka itu BENAR. Tapi, kalau kamu berkata kamu BISA, kamu juga BENAR. Kamu mau pilih yang mana, sob?"

Minggu, 18 September 2016

Belajar untuk tidak Memarahi

Hari ini aku melakukan kesalahan fatal; Mematahkan kran di kontrakan. Aku takut sekali temanku akan marah kepadaku. Awal ku beritahu, ia hanya mengucapkan; "Astaghfirullah!" sambil melihat kerusakan tersebut. Aku segera memasang mental untuk dimarahi. Tapi, ternyata tidak demikian kenyataannya. Ia langsung pergi untuk membeli kran baru dan kembali dengan wajah tetap ramah kepadaku.

Hey! Dia sama sekali tidak marah kepadaku.
Hari ini aku belajar untuk tidak memarahi ketika orang lain bersalah kepadaku..

Sabtu, 17 September 2016

Tanya dulu!

Hikmah hidup hari ini; Bertanyalah terlebih dulu!
Kadang, kita terlalu gengsi dan enggan untuk bertanya, sehingga peluang yang berada di depan mata pun terlewatkan begitu saja. Padahal, jika kita mau sedikit saja berani bertanya, barangkali kondisinya akan berbeda. Kadang juga, kita terlalu enggan untuk bertanya hanya karena pesimis bahwa jawaban yang diterima tidak akan sesuai dengan harapan. Sayang sekali ya? Padahal belum tentu demikian kenyataannya jika kita berani bertanya.

Pesan: "Bertanyalah! Semoga duniamu berubah!"

Jumat, 16 September 2016

Jangan berharap menang!

Aku mendapat nasehat berharga dari seorang yang sangat bijak. Sebelumnya aku selalu mengikuti perlombaan dengan tujuan semata-mata untuk menang. Tapi hari ini aku harus kembali mensetting tujuanku itu rupanya...

"El, kalau kita mengikuti perlombaan hanya semata-mata mengharapkan KEMENANGAN, kita pasti akan LELAH! Tapi, ikutilah perlombaan untuk menaklukkan dirimu sendiri; Menaklukkan ketakutanmu dan menaklukkan ketidakyakinanmu kepada dirimu sendiri."

Kamis, 15 September 2016

Dia Dekat!

Motor Lia bocor. Padahal baik aku ataupun dirinya sedang nggak mengantongi uang sama sekali. Kami panik. Perjalanan masih setengah jam lagi padahal. Kami mampir ke bengkel dan melobi montirnya untuk mengganti upah tambal ban dengan pulsa. Tapi sayangnya si abang nggak punya HP. Hikssss..

"Allah udah manggil tuh! Kita ketemu Allah dulu yuk?" Ajak Lia
"Motor kita gimana nih?"
"Eh, siapa tahu nanti kita ketemu orang di mushola yang bisa nolong kita loh! Dia Maha dekat, El."

Rabu, 14 September 2016

Aku ingin mengkhitbahnya dengan rezeki yang HALAL

Padahal, belum lama ia bekerja di perusahaan multinasional itu. Tapi, hari ini ia telah membulatkan keputusan untuk resign. Alasannya, ada beberapa hal yang tidak cocok dengan prinsipnya. Ia adalah laki-laki yang berprinsip bahwa bekerja haruslah jujur dan mencari keberkahan, bukan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan banyak keuntungan. Setidaknya, itulah alasan yang diceritakannya. Baginya, idealisme adalah harga mati yang tak bisa ditawar-tawar! Ketika ku ingatkan ia bahwa saat ini ia sedang dalam upaya mengumpulkan mahar.

Ternyata, ia tidak lupa. Dengan tegas ia menjawab; "Aku ingin mengkhitbah jodohku dengan rezeki yang HALAL."

Selasa, 13 September 2016

Ketika ku tanya, apa cita-citamu?

Dia adalah seorang mantan mahasiswa berprestasi saat kuliah dulu. Sekarang, adalah tahun kedua pernikahannya. Sudah lama aku tak tahu kabarnya. Ku fikir, sekarang ia telah S2 di luar negeri atau memiliki sebuah perusahaan sendiri, sebab track recordnya dahulu. Tapi ternyata tidak! Ia mengaku kepadaku, bahwa kesibukannya 2 tahun ini adalah belajar menjadi istri yang baik untuk suaminya. Ketika ku tanya, inginkah ia melanjutkan S2? Ternyata, jawabannya tidak! Dan ketika ku tanya, apa cita-citanya? Ia menjawab; "Cita-citaku adalah mewujudkan cita-cita SUAMIku. Itu saja!"

Aku terharu. Bersyukur mengenal kakak cantik nan sholeha itu! ^_^

Senin, 12 September 2016

Abdiku untuk suamiku

Di saat zaman sekarang para wanita sibuk mengejar karir, wanita ini justru lebih memilih untuk menjadi Ratu di rumahnya, alias menjadi Istri penuh waktu. Hidup mereka masih jauh dari kata Sejahtera memang, tapi aku melihat keluarga ini sangat bahagia. Ketika ku tanya kepadanya, kenapa hanya diam di rumah sebagai istri? Ia menjawab; "Aku yakin, rezeki akan tumbuh dari sini; Dari totalitasku melayani suami. Itu janjiNya, bukat menurut prasangkaku belaka."

Minggu, 11 September 2016

Ingin menjadi Istri Siaga

Aku mengajak temanku ke rumah murid privatku. Kami hanya mendapati si adek berdua dengan kakaknya. Mereka sedang khusyuk menonton TV. Ternyata mama dan papanya belum pulang bekerja. Lalu aku pun mengajak temanku itu pulang sebab tujuan utama kami hari ini adalah bertemu dengan orangtua mereka. Temanku itu berkata; "El, kelak, aku ingin menjadi Istri Siaga; Siap ketika suami membutuhkanku dan kelak ketika menjadi seorang ibu, aku selalu punya waktu untuk buah hatiku. Melihat adik-adik tadi hanya berdua di rumah tanpa kedua orangtuanya membuat hatiku miris."

Sabtu, 10 September 2016

Laki-laki Laskar Pelangi

Laki-laki sebijaksana dirinya ternyata ditempa oleh kehidupan yang serba tidak mudah. Hidupnya sangat akrab dengan kesulitan dan keterbatasan. Ia bahkan harus mengayuh sepeda di atas jalan berkerikil sejauh 40km setiap hari menuju sekolahnya. Ah, kisahnya mirip sekali seperti cerita Laskar Pelangi. Ketika ku katakan kepadanya; "Aku sama sekali tak mengira bahwa hidupmu sekeras itu. Plisss, ajarkan aku setegar dirimu juga." Ia menjawab sederhanaaa sekali; "Sebisa mungkin, sembunyikanlah keluhan. Hanya izinkan dunia mengenal BAHAGIAmu saja."

Jumat, 09 September 2016

Seseorang yang pandai menyembunyikan keluhan

Aku mengenalnya sebagai sosok perempuan yang periang dan optimis. Sejak dulu hingga sebelum aku mengetahui yang sebenarnya tentangnya, aku selalu beranggapan bahwa keluarganya hidup rukun dan damai. Sehingga, wajar saja jika ia sedemikian periang dan optimis dalam hidupnya. Namun, pada akhirnya aku malu kepada dugaanku sendiri, manakala aku mengetahui bahwa keluarganya tak sebaik yang ku kira kondisinya. Tak pernah seharipun rumahnya cuti dari pertengkaran dan teriakan antara kedua orang tuanya. Ia sampai malu untuk mengajakku mampir ke rumahnya. Bagaimana bisa ia serapi itu menyembunyikan keluhan selama ini? Seketika, aku jadi malu kepada diriku sendiri. Harusnya aku lebih pandai bersyukur.

Kamis, 08 September 2016

Ia tidak ingin TAMUnya segan

Padahal di rumahnya sedang tidak ada apa-apa. Beras sudah habis, sembako juga habis. Tapi, seketika ketika tamunya datang, ia langsung meminta istrinya untuk berhutang ke warung untuk menyediakan jamuan bagi tamunya. Padahal, ia sendiri bukanlah orang yang suka berhutang. Tapi, hari itu dilakukannya demi memuliakan tamunya. Wajahnya berseri-seri menyambut tamunya hingga sama sekali tak terlihat bahwa beban hidup yang dirasakannya sangat berat. Sedemikian rapinya ia menyembunyikan keluhan..

Rabu, 07 September 2016

Tidak semua hal BAIK harus dikatakan

Aku belajar 1 kebijaksanaan hidup dari seseorang. Dahulu, ia adalah orang yang selalu mengatakan hal baik; Maksud baik, rencana baik, cerita baik, fakta baik dan lainnya. Hingga pada 1 kondisi, ia mengungkapkan tentang sebuah kejujuran perasaannya kepada seseorang dan ternyata itu tidak membuatnya dan orang yang bersangkutan nyaman. Sejak saat itu, ia belajar 1 kebijaksanaan hidup bahwa tidak semua hal BAIK harus dikatakan. Ada yang harus disimpan untuk diri sendiri.

Selasa, 06 September 2016

Lelaki yang mengupayakan Mahar terbaiknya

Ini adalah tentang seorang laki-laki yang nekat menemui orang tua dari wanita yang dipilihnya. Padahal, saat itu ia belum bekerja. Aku heran padanya, padahal ia masih muda dan masih memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan diri. Aku bertanya kepadanya; "Kenapa buru-buru menemui orang tuanya, sementara kamu belum bekerja?" Lalu ia pun menjawab; "Aku ingin membalik proses; Nekat melamar terlebih dulu, barulah nanti aku menjadi gigih mencari kerja sebab KEPEPET oleh keadaan. Bukankah Allah itu Maha Kaya?"

Laki-laki ini memang kuat sekali pendiriannya!

Senin, 05 September 2016

Tentang Inner Beauty

Aku sedang menunggu antrian masuk sebuah acara seminar.
2 orang perempuan di depanku sedang membicarakan seorang perempuan yang sejak tadi memantau garis antrian.
"Eh, Kakak itu LUAR BIASA ya!" berkatalah salah seorang di antara mereka ketika melihat si kakak memberikan instruksi.
"Iya. Itu namanya INNER BEAUTY. Padahal, apa yang dilakukannya biasa saja kan, tapi caranya bersikap itu benar-benar membuat orang seolah 'wajib' memperhatikannya," gumam yang satunya lagi.
Aku pun mengangguk-angguk.
Mereka benar, aku pun setuju bahwa si kakak memiliki inner beauty. Kecantikan yang pastinya berasal dari hati yang cantik dan kematangan mental. Tentu saja demikian.

Minggu, 04 September 2016

Jangan malu meminta tolong!

Hari ini aku ngobrol dengan salah satu teman yang prestasinya sudah me-nusantara. Ia bukan hanya gemar berkompetisi, ia juga gemar berkontribusi. Ia mendirikan sebuah NGo yang berbasis pada pendidikan anak-anak jalanan dan panti asuhan. Hari ini aku mendapatkan hikmah darinya; "Kalau saya butuh pertolongan, saya tidak pernah malu untuk meminta tolong. Kalau saya tidak tahu, saya tidak pernah malu untuk bertanya."

Sabtu, 03 September 2016

Laki-laki yang (sebenarnya) tak sempurna

Dia adalah seorang laki-laki tampan dengan banyak prestasi mancanegara. Dulu, aku berfikir bahwa ia berasal dari keluarga yang lengkap dan berada. Namun, hari ini ketika ia diundang sebagai pembicara, sadarlah aku bahwa dugaanku salah. Ia berkata bahwa ibunya sudah tiada dan ayahnya adalah petani yang pas-pasan. Hari ini juga aku tersadar bahwa ia adalah laki-laki yang sangat religius. Usai acara, ketika aku ngobrol dengannya, ia selalu menyebut nama Allah dan bahkan ia mengatakan bahwa modal utamanya hanya 2; DOA dan YAKIN. Maafkan aku yang selama ini salah menduga tentangmu. Obrolan denganmu hari ini benar-benar membuka fikiranku. Terimakasih..

Jumat, 02 September 2016

Uang itu kembali kepada Tuhannya

Hari ini aku dan Yana berkunjung ke toko buku. Setelah setengah jam berlalu, Yana tersadar bahwa uangnya tidak ada lagi di dalam genggaman tangannya. Uangnya berjumlah Rp 100.000. Aku membantunya mencarinya. Kami menelusuri bilik-bilik buku yang tadi kami lewati, tapi hasilnya nihil. Yana lalu mengajakku pulang, sebab ia memang tidak punya uang lainnya selain uang tadi. Pun aku. Aku kan hanya menemaninya kemari.

"Adek nggak sedih kan?" tanyaku, memastikan. Sebab, wajahnya tetap cerah seolah tak terjadi apa-apa.
"Nggak  kok Kak. Uang itu nggak hilang Kak, uang itu hanya kembali kepada Tuhannya."

Kamis, 01 September 2016

Tentang sepasang pengantin baru

Sepasang pengantin baru itu berkunjung lagi ke tempat di mana mereka pertemu pertama kali. Lalu sang istri berkata; "Aku tiba-tiba khawatir. Dulu, jangankan bersentuhan, berpandangan pun kita malu. Tapi sekarang, aku telah sah menjadi istrimu. Kamu akan memiliki semuanya dariku, termasuk rasa maluku. Aku kahwatir, setelah itu semua, kesan malu-malu yang dulu akan hilang. Sebab kamu telah mendapatkan semuanya," wajah sang istri tertunduk dalam.

Sang suami meraih bahunya, memeluknya dan berbisik pelan...
"Kesan yang dulu memang akan hilang, tapi akan tumbuh perasaan sayang yang berkali-kali lipat padamu. Kamu tak perlu takut semuanya tidak berkesan lagi. Kesannya mungkin tak kan sama, tapi akan terus ada dalam versi yang berbeda. Sama halnya ketika kita mendatangi tempat ini, masih tetap berkesan kan?"

Istrinya mengangkat wajahnya dan tersenyum.