"Tolong jelaskan kepadaku kenapa kita harus menikah? Tolong buat aku faham, tapi jangan lagi membawa hadist atau ayat-ayat Al-Quran. Aku ingin kamu menjelaskannya dengan kombinasi menarik antara nalar dan perasaan. Sip?" pintaku.
Ia mengawali penjelasannya dengan kalimat yang sangat kontekstual...
"...Yang tadinya kita hanya 1 kampung, setelah menikah kita akan memiliki 3 kampung; Kampung kita, kampung pasangan kita dan kampung tempat kita merantau bersama. Menikah itu bukan hanya menyatukan 2 insan yang berbeda jenis kelamin, tetapi menyatuan 2 keluarga, 2 suku, 2 kampung, 2 negara bahkan."
Lalu, setelah ia menjelaskan panjang lebar, ditutupnya dengan kalimat...
"So, jika kamu bertanya, untuk apa kita menikah? jawabannya... untuk BAHAGIA."