Minggu, 25 September 2016

Menikah untuk BAHAGIA

Saat ini, aku belum ingin menikah. Jujur saja, mendengar teman-temanku membicarakan tentang pernikahan membuatku risih sendiri. Lalu, pintu hatiku diketuk oleh kehadiran seseorang ke dalam hidupku. Aku bertanya dan ia menjawab.
"Tolong jelaskan kepadaku kenapa kita harus menikah? Tolong buat aku faham, tapi jangan lagi membawa hadist atau ayat-ayat Al-Quran. Aku ingin kamu menjelaskannya dengan kombinasi menarik antara nalar dan perasaan. Sip?" pintaku.

Ia mengawali penjelasannya dengan kalimat yang sangat kontekstual...
"...Yang tadinya kita hanya 1 kampung, setelah menikah kita akan memiliki 3 kampung; Kampung kita, kampung pasangan kita dan kampung tempat kita merantau bersama. Menikah itu bukan hanya menyatukan 2 insan yang berbeda jenis kelamin, tetapi menyatuan 2 keluarga, 2 suku, 2 kampung, 2 negara bahkan."

Lalu, setelah ia menjelaskan panjang lebar, ditutupnya dengan kalimat...
"So, jika kamu bertanya, untuk apa kita menikah? jawabannya... untuk BAHAGIA."