Sabtu, 30 April 2016

Ada Resiko yang mengiringi Pengakuan

Seseorang menyarankanku untuk mengakui perasaanku kepada seseorang yang belakangan mengusik
hati. Sejujurnya, aku tidak sepakat dengan sarannya itu. Toh, aku bercerita kepadanya bukan untuk mencari dukungan sebanyak-banyaknya untuk MENGAKUI perasaan ini.
"Aku akan tetap menyimpannya," jawabku. Semoga ia mengerti keputusanku.
Aku menyadari bahwa pasti akan ada RESIKO yang mengiringi PENGAKUAN. Persoalannya sekarang, aku belum bisa menjawab 'IYA' atas pertanyaan hati kecilku ini; 'Apakah kamu sudah siap MENGHALALKANNYA?'. Maka, ku putuskan untuk tetap menyimpannya sementara waktu sambil terus memantaskan diri. Tak semua perasaan harus dikatakan, bukan?

Jumat, 29 April 2016

Layang-layang

Ada layang-layang yang mamg tinggi dengan gagahnya, ada juga yang mampu terbang rendah.
Ada layang-layang yang putus ketika sedang diterbangkan dan ada juga layang-layang yang kuat dan selalu memenangkan pertandingan. Layang-layang yang putus hanya akan disimpang, usang lalu dibuang.

Laki-laki itu adalah layang-layang dan wanita adalah talinya. Layang-layang dan talinya ibarat JODOH yang sudah ditakdirkan Tuhan untuk selalu bersama dan saling melengkapi. Seberapa tinggi pun layang-layang dapat terbang, ia akan selalu terikat pada talinya.
"Nak, jadilah sebaik-baik tali bagi layang-layangmu kelak," kata seorang ibu terhadap anaknya.

Kamis, 28 April 2016

Rendah Hati dalam Tulisan

Aku baru sadar. Ternyata aku memiliki sahabat yang sangat UNIK. Sebut saja namanya Mawar. Ia sangat hobi menulis, seperti aku. Tapi dia jauh lebih luar biasa. Di mana pun dia bisa menulis, pasti dia akan menulis. Tapi, bukan Popularitas yang ia kejar, melainkan Kepuasan Ruhani. Ia percaya bahwa kebaikan yang ia tanam di hati para pembaca akan ia tuai juga sebagai kebaikan nantinya.

Unik yang ku maksud di sini adalah....
Dia dengan sengaja mengganti posisinya sebagai orang yang Tersalah, Hina dan penuh Khilaf dalam tulisan-tulisan non fiksinya. Aku tahu hal ini sebab sebelumnya nasehat-nasehat dalam tulisannya itu sudah pernah diceritakannya sendiri kepadaku. Ia bahkan tak masalah jika pembacanya menganggapnya si Pendosa. Ketika ku tanya, kenapa ia begitu rendah hati dalam tulisannya, ia hanya menjawab; "Rendah hati itu menentramkan.."

Rabu, 27 April 2016

Allah tidak menepati Janji-Nya?

Aku bertanya tentang JODOH kepada seseorang...
Aku : "Kalau kita merubah diri kita menjadi orang yang lebih baik, apakah jodoh kita nantinya juga adalah orang BAIK?"
Dia : "Janji Allah seperti itu."
Aku : "Tapi, aku punya teman yang pernikahannya tidak bahagia. Dia adalah seorang wanita yang sangat baik, tapi suaminya suka berjudi dan jarang pulang ke rumah. Berarti, Allah tidak menepati janjinya donk?"
Dia : "Ada orang-orang yang memang DIKECUALIKAN oleh Allah. Ini adalah ujian bagi mereka. Allah juga telah mencontohkan di masa lalu tentang pengecualian ini. Adalah Aisyiah, wanita sholeha yang mendapatkan hidayah keislaman sementara suaminya mengaku sebagai Tuhan. Malangnya, karena keislamannya, Aisyiah sampai mati di tangan suaminya sendiri. Kurang sadis apa coba? Jadi, pelajarannya adalah... tetaplah menjadi orang baik, kapanpun, di mana pun dan saat bersama siapa pun."

Selasa, 26 April 2016

Menghargai Privasi orang lain

Sejak pagi hingga petang, kami menghabiskan waktu bersama, berjalan ke berbagai tempat. Tapi, aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh sahabatku sebelum kami pulang tadi. Ia singgah sebentar ke sebuah swalayan sementara aku dimintanya untuk tetap menunggunya di parkiran. Ketika ia kembali, aku bertanya tentang apa yang sebenarnya ia beli. *bahasa gaulnya, Kepo. Tapi ia tidak mau memberi tahu. Sepanjang jalan, aku berusaha 'mengejar'nya untuk memuaskan rasa ingin tahuku. Dan...inilah jawabannya yang akhirnya membuatku memahami sesuatu....

"El, plisss... yang satu ini adalah privasiku. Aku tidak ingin ada yang tahu, termasuk kamu. Maaf ya El, kali ini aku tidak memberitahumu."
Meskipun agak tersinggung (sebab kita kan bersahabat), tapi setidaknya kali ini aku belajar tentang BATAS. Terimakasih telah mengajariku...

Senin, 25 April 2016

Menghargai Privasi orang lain (Part 2)

Aku : "Kamu masih istikharah?"
Dia : "Iya. Selama bulan ramadhan ini aku akan terus istikharah."
Aku : "Mengistikharahi nama seseorang?"
Dia : "Istikharah kan tidak terbatas untuk itu saja. Istikharah itu menurutku berfungsi untuk Memperjelas, Mempertegas dan Mempercepat."
Aku : "Ohhh..begitu. Lalu, kamu sedang istikharah untuk tujuan yang mana?"
Dia : "Hhahaa... (Diam sejenak). Emmmm.... semuanya."
Aku : "Berarti benar kan, kamu sedang mengistikharahi nama seseorang?"
Dia : "Kalau iya, memangnya hal itu salah?"
Aku : "Ya nggak salah. Tapi...ngomong-ngomong, siapa sih? Si anu ya?"
Dia : "Rahasia donk! Masa aku kasih tahu sih? hahaa.."
Aku : "Iiiihh, kasih tahu laahhh. Aku kan pengen tahu."
Dia : "Plisss, hargai privasiku ya. Aku menganggap doa sebagai salah satu hal yang privasi. Aku nggak bisa memberitahumu. Maaf yaaa.."

Minggu, 24 April 2016

Menghargai Privasi orang lain (Part 3)

Sebut saja namanya Hujan. Hujan baru saja menegurku atas kesembronoanku. Tadi aku meminjam HPnya untuk mengirim SMS kepada temanku. Dan karena keisenganku yang ntah sejak kapan ada pada diriku itu, mulailah ku buka SMS lainnya yang ada di HP Hujan. Ternyata Hujan memergokiku.

"Aku nggak mudah percaya untuk meminjamkan HPku kepada orang lain. Kamu beruntung, karena kamu adalah sedikit dari banyak yang tidak ku percaya. Tadi kamu kan ingin meminjam HPku untuk SMS, ya sudah pakai saja untuk SMS. Kalau sudah selesai, segera kembalikan kepadaku! Apa yang kamu lakukan tadi sangat mengganggu privasiku. Maaf! Tapi jujur saja, aku kecewa!"

Sabtu, 23 April 2016

Tak ingin membuat Tamu menunggu

Sudah ku perhatikan beberapa kali, dan aku sudah menyimpulkan sesuatu atas dirinya. Setiap kali ada tamu yang berkunjung ke rumahnya dan ketika itu ia sedang sholat, ia selalu 'meringankan' sholatnya sehingga ia bisa segera menyambut tamunya. Tapi, hari ini setelah sang tamu pulang, aku ingin sekali bertanya kepadanya. Aku melihat ada aura kebaikan pada dirinya.

"Kenapa setiap kali ada tamu, aku perhatikan kamu selalu sholat lebih cepat dari durasi sholatmu biasanya?" tanyaku. Dan ia pun menjawab: "Barangkali ia ada urusan lain yang bisa segera dikerjakannya jika urusannya denganku cepat selesai. Aku hanya tidak ingin membuat orang lain menunggu lama." Jawabnya, sederhana...

Jumat, 22 April 2016

Sayang banget kalau telingaku nganggur

Aku bertanya kepada seorang teman yang selalu menyalakan suara murothal Al-Quran ketika ia hendak menulis; "Kenapa sih selalu ngidupin murothal?"
Ia menjawab; "Daripada telingaku nganggur, mending dijejalin pahala aja, heheee."
Aku bertanya lagi; "Memangnya kamu nggak terganggu? Nulis itu bukannya butuh ketenangan ya?"
Ia menjawab; "Nggak sih. Normal aja. Aku bisa fokus nulis bahkan di tempat ribut sekalipun. Aku hanya butuh tangan, fikiran/perasaan dan mata aja untuk modal menulis. Makanya, sayang banget kalau telingaku nggak dapat pahala, hehee."

Kamis, 21 April 2016

Menghargai Perbedaan Prinsip

Seseorang ingin mengucapkan 'Selamat Ulang Tahun' kepada orangtuanya. Tapi, sebenarnya ia sudah hafal, bahwa orang tuanya tidak mau menerima ucapan tersebut karena sudah berpindah prinsip. Ia lalu bercerita tentang hal tersebut kepada sahabatnya. Ternyata ia masih kekeh untuk mencari berbagai cara supaya kedua orang tuanya mau menerima ucapan tersebut. Lalu, dengan lembut dan bijaksana, sahabatnya itu menasehatinya...

"Terkadang, kita tidak harus memaksanakan kehendak kita. Ada kalanya kita harus menyesuaikan diri dengan prinsip dan keputusan yang sudah orang lain pilih. Sekalipun itu orang tua kita sendiri. Kalau kita tetap memaksa, aku hanya khawatir perasaannya justru akan terluka. Semoga nasehat ini cukup ya.."

Rabu, 20 April 2016

Karena Akhlak yang baik

Temanku yang bijak berkata...
"Tidak semua orang yang BERILMU itu BERAKHLAK baik. Tapi orang yang memiliki akhlak baik, ia seolah-olah adalah orang yang berilmu dan banyak tahu."

Temanku yang bijak lainnya berkata pula...
"Final IBADAH Itu adalah perubahan AKHLAK. Sudah pernah dengar hadist tentang si ahli ibadah yang 'merugi' di akhirat kelak karena ia pernah menyakiti si fulan? Demikianlah pentingnya akhlak. Dan sudah pernah dengan hadist tentang orang yang berakhlak baik itu kedudukannya seperti orang yang sholat dan berpuasa? Kalau karena akhlak yang buruk seseorang bisa masuk neraka, bisa jadi karena akhlak yang baik seseorang mudah masuk syurga, kan?"

Selasa, 19 April 2016

Setiap hari adalah Pembuktian

Aku bercerita kepada seseorang bahwa setiap hariku selalu berisi penyesalan. Ada beberapa sifat yang susah sekali ku sadari kehadirannya dan ku kendalikan gejolaknya. Lalu ia hanya berkata; "Berusalah!" Aku lalu berkata pula; "Sungguh, ini benar-benar berat."

Ia menjawab lagi; "Memang berat. Sebab masing-masing karakter, punya tingkat kesulitannya sendiri dalam pengendaliannya. Setiap hari adalah ajang Pembuktian diri. Pembuktian diri di hadapan pencipta dan pembuktian diri terhadap diri sendiri bahwa kita berupaya menjadi lebih baik dair hari ke harinya."

Senin, 18 April 2016

Membicarakan kesalahan orang di masa lalu

Hari ini ada acara reunian dengan teman-teman kuliah dulu. Ada yang sudah menikah dan ada juga yang sudah mendapat pekerjaan yang mapan. Lalu, tanpa sengaja ternyata aku telah menyinggung perasaan salah seorang temanku ketika ku tanyakan tentang masa lalunya dulu. Ia tidak marah padaku, tapi ada teman yang lain yang lebih marah kepada pertanyaanku itu. Ia menegurku setelah acara selesai...

"Bisa jadi kita masih membicarakan KESALAHAN saudara kita di masa lalu, padahal ia berubah dan sudah 'PINDAH' dari sana. Justru barangkali kitalah yang masih diam di tempat."

Siang dan Malam bulan-bulannya Allah

"Ternyata, urusan dunia ini sangat menyita waktu dan nggak pernah ada habisnya ya?" kata seseorang. Aku menjawab; "Iya. Capek banget kalau mau dikejar semuanya."

"Bulan Ramadhan ini aku udah banyak banget kecolongan. Target-target yang tadinya ingin ku kerjakan, malah belum ku sentuh sama sekali. Aku sibuk dengan urusan-urusan duniawi. 11 bulan yang lalu ternyata belum juga cukup untuk mengurusi semuanya. Padahal, 1 bulan ramadhan ini seharusnya benar-benar bisa dipersembahkan oleh Allah. Semoga aku bisa segera menikah, sehingga sumber ketenangan itu sudah ku miliki sebagai bekal ramadhan tahun depan," ulasku lebih luas.

"11 bulan itu ibarat SIANG (Untuk urusan yang panjang dan menyibukkan) dan 1 bulan ramadhan ini ibarat MALAM (Untuk urusan ibadah dan menenangkan)."

Minggu, 17 April 2016

Teruslah menjadi orang Baik

Aku sedikit kesal hari ini. Seseorang yang aku berusaha memperbaiki pertemanan dengannya justru dibalasnya dengan sikap acuh tak acuh. Aku kesal. Rasanya percuma saja apa yang ku lakukan ini. Aku tahu, aku punya porsi kesalahan dalam permasalahan ini. Tapi, dia juga punya porsi kesalahan juga.

"Rasanya apa yang ku lakukan ini sia-sia saja!" aduku pada teman terbaikku.
"Tidak ada yang sia-sia, El. Tetaplah menjadi orang BAIK ya. Sekalipun orang tidak baik padamu bahkan jika seisi dunia berubah menjadi jahat, tetaplah menjadi orang baik. Kamu tahu kan, mutiara itu tetaplah mutiara di mana pun ia diletakkan. Memang, yang baik itu tidak selalu bertemu dengan yang baik, dan itu adalah takdir. Tapi menjadi orang yang tetap baik itu adalah keputusanmu sendiri."

Sabtu, 16 April 2016

Ketika kita merasa tidak Bersalah

Seseorang mengajakku bersilaturahmi ke rumah orang lain. Lalu aku nyeletuk; "Kayaknya aku nggak pernah berurusan apa-apa sama dia selama ini dan rasanya aku nggak pernah ada salah sama dia deh!" Temanku tadi berkata; "Eit, nanti dulu! Kata ustad anu, ketika kita merasa nggak BERSALAH, sesungguhnya detik itulah kita melakukan KESALAHAN. Nah, sekarang kamu harus ikut aku bersilaturahmi ke rumahnya! Minta maaf sonoh! hehe."

Jumat, 15 April 2016

Marahmu akan membuatmu Malu

Serasa ingin melampiaskan amarah ini. Aku benar-benar kecewa. Ketika kewajiban tidak sebanding dengan hak yang diterima. Ketika yang dituntut tak sebanding dengan apa yang diterima. Segera ku ketikkan kalimat balasan di HP, dan ketika aku tinggal menekan tombil 'kirim', seseorang menarik HPku dan menghapus semuanya...
"Aku sudah pernah MARAH dan kemudian aku MALU dengan marahku itu. Aku tidak ingin kamu malu juga atas kemarahan yang ingin kamu lampiaskan saat ini setelah nanti semuanya reda. Lalu kamu menjadi sulit untuk memperbaiki semuanya."

Kamis, 14 April 2016

Mengitari Bahaya, bukan Menentang Bahaya

Tentang bahaya yang sedang menghadang di depan sana, seseorang menasehatiku hal ini;

"Kita sedang diuji, jalan kita yang semula lurus, sekarang terhalang dengan bahaya. Kita tidak harus memaksa diri berjalan lurus. Kita bisa berbelok, mengitari bahaya tersebut. Dan setelah kita bertemu lagi dengan jalan lurus tadi, kita bisa melanjutkan perjalan lagi. Aman dan tidak beresiko kan? Kita hanya perlu ikhlas untuk merasa capek sedikit."

Rabu, 13 April 2016

Hanya ingin hafal juz 30

Aku : "Kamu nggak pengen hafal Al-Quran?"
Dia : "Ya pengen banget lah!"
Aku : "Kok nggak berusaha menghafalnya?"
Dia : "Kamu tahu darimana aku nggak menghafalnya?"
Aku : (Terdiam)
Dia : "Aku nggak muluk-muluk sih. Sebenarnya aku hanya pengen hafal juz 30 aja."
Aku : "Kenapa begitu?"
Dia : "Supaya menjaganya lebih mudah. Sedikit, tapi bisa ku ulang saban hari dalam sholat-sholatku."
Aku : (Terdiam lagi)

Selasa, 12 April 2016

Ingin semakin kenal dengan Allah

Di sebuah mushola, seorang junior bertanya kepada seniornya yang duduk di sebelahnya. Junior tersebut sudah beberapa menit menunggu seniornya selesai dari tunduk-takzimnya. Ntah sedang berdoa atau sedang berzikir. Ntah sedang keduanya...
Junior : "Bang, abang ngafal quran ya?"
Senior : "Nggak Dek. Masih sangat sedikit hafalan Abang."
Junior : "Terus? Abang ada ngafal yang lain gitu nggak?"
Senior : "Nggak ada kok. Emangnya kenapa?"
Junior : "Kok Abang bisa terlihat begitu tenang? Betah banget duduk-tertunduk kayak tadi."
Senior : "Mungkin karena apa yang Abang lakukan ini sudah menyatu dengan diri Abang, Dek."
Junior : "Memangnya apa yang Abang lakukan?"
Senior : "Ntahlah, ini hal spesial atau tidak bagi Adek. Setiap selesai sholat, Abang selalu duduk merenung seperti tadi sambil memikirkan tentang kemahaan Allah. Abang ingin semakin KENAL dengan-Nya Dek. Itu saja."
Junior : (Terdiam). Barangkali zikirku memang banyak, tapi tandus.

Senin, 11 April 2016

Kita sudah dicontohkan tentang Doa Spesifik

Aku : "Menurutmu, kalau kita menyebut nama seseorang untuk menjadi jodoh kita dalam doa, apakah itu artinya kita sedang MENDIKTE Allah?"
Dia : "Tidak. Karena aku pun melakukannya. Itu adalah jenis doa yang Spesifik. Dan aku percaya bahwa Allah justru menyukainya."
Aku : "Sungguh?"
Dia : "Bahkan Dia sudah mencontohkan. Salah satu contoh doa spesifik yang semua orang tahu adalah; Allahumma sholli 'alaa muhammad wa 'alaa ali muhammad. Kama barakta 'alaa ibrohim wa 'alaa ali ibrohim... dan seterusnya. Bahkan di dalam doa iftitah, sampai dijelaskan pula kriterianya. Yang musrik seperti apa dan yang muslim seperti apa. Kurang spesifik apa coba? Termasuk untuk urusan jodoh. Dulu aku mendoakan seseorang juga, tapi nyatanya Allah tidak mengabulkannya dan malah menghadirkan orang lain yang jauh lebih baik."
Aku : "Intinya, jangan takut dan jangan meragukan Allah dalam berdoa ya?"
Dia : "Exactly! Kalau kamu masih takut mendikte Allah, artinya kamu belum sepenuhnya percaya bahwa ia Maha di atas segala maha."

Minggu, 10 April 2016

Berurusan dengan manusia itu rumit

Aku geram sekali melihat temanku dijelek-jelekkan oleh seseorang via medsos. Saking geramnya, aku sampai mendorongnya untuk membalas ejekan tersebut. Tapi apa yang dikatakan oleh temanku ini benar-benar menakjubkan...

"Sakit ini biar saja aku yang tahu. Tak mengapa orang lain menyakitiku asal aku jangan sampai menyakiti orang lain. Lukaku ini bisa ku sembuhkan sendiri, tapi luka orang tersebut, siapa yang bisa menjamin kapan sembuhnya?"

Aku heran padanya. Kenapa pula dia sebegitu peduli dengan perasaan orang lain? Akhirnya, sesuatu yang lebih indah ke luar dari mulutnya; "Aku hanya tidak ingin menjadi orang yang MERUGI; Harus menebus dosa akibat sakit hati orang lain dengan ibadahku yang tak banyak ini. Berurusan dengan manusia itu sangat rumit!"

Sabtu, 09 April 2016

Doa adalah Katalisator


Dia  : “Percayakah kamu bahwa JODOH itu sudah ditentukan kehadirannya?”
Aku : “Percaya!”
Dia  : “Dan percayakah kamu bahwa DOA adalah KATALISATOR yang mampu MEMPERCEPAT kehadirannya?”
Aku : “Percaya!”
Dia  : “Kalau begitu, mari kita percepat dengan memperbanyak BERDOA.”

Jumat, 08 April 2016

Doa Prioritas

Sahabatku bercerita padaku tentang betapa dekat dan manjanya ia kepada Tuhan ketika berdoa. Ia percaya bahwa doa adalah momen terspesial antara hamba dan Tuhannya. Ia tak pernah melewatkan setiap momen berdoa dengan doa yang asal-asalan. Kali ini ia bercerita tentang Doa Prioritasnya di tahun ini.

"Tahun lalu, Doa Prioritasku adalah memohon kemudahan SKRIPSI sedangkan tahun ini adalah memohon kedatangan JODOH."

Aku tertegun. Sebab baru beberapa bulan yang lalu ia baru bercerita bahwa ia ingin S2. Ntah apa yang membuatnya tiba-tiba ingin MENIKAH muda. Ia hanya menjawab; "Apa lagi yang harus kita segerakan di dunia ini selain IBADAH?"

Kamis, 07 April 2016

Agar kita didoakan Malaikat

Aku memulai sebuah chat privat dengan seorang kakak senior yang sudah 2 tahun menikah. Kali ini aku minta dinasehati tentang tips mempercepat datangnya jodoh. Awalnya, ia menceritakan tentang ikhtiarnya bertaaruf dengan seseorang hingga pada akhirnya ia memberitahuku tentang ibadah 'istimewa' yang selalu diamalkannya...

Yang pertama, Kakak mendoakan semua orang yang sudah mampu menikah tapi belum bertemu dengan jodohnya dan semua orang yang sudah bertemu dengan jodohnya tapi belum mampu menikah. Yaa.. kakak percaya aja sama Allah dek, bahwa ketika kita mendoakan saudara kita, maka para malaikat akan mendoakan hal yang serupa dengan kita. *Ini malaikat loh dek yang mendoakan kita, bukan lagi manusia. Seru kan? hehe

Yang kedua, Kakak selalu mendirikan sholat Dhuha. Sebab kakak percaya bahwa sholat Dhuha dapat memperlancar rezeki kita. Bukankah jodoh juga adalah bagian dari rezeki?

Rabu, 06 April 2016

Cara Menjawab Lamaran dari seseorang

Aku berguru pada seseorang yang rajin membaca buku tentang bagaimana caranya menjawab lamaran dari seseorang. Ia bahkan belum menikah. Tapi berkat pemahamannya yang dalam dan pengetahuannya yang luas, aku percaya untuk bertanya kepadanya...

"Ada 3 urutan dalam menjawabnya...
1. Pendahuluan
Berisi ungkapan terimakasih kepada orang yang melamar tersebut karena itu adalah penghormatan kemuliaan bagi diri kita yang dilamar.
2. Isi
Mulailah memberikan penjelasan tentang kecenderungan kita menolak atau menerima lamaran tersebut disertai alasan dengan bahasa yang santun.
3. Penutup
Sekali lagi, akhirilah dengan ungkapan terimakasih kepadanya. Jika kita menerimanya, maka akhirilah dengan sebuah doa untuk kemudahan proses selanjutnya. Sedangkan jika kita menolaknya, maka akhirilah dengan doa untuk kemudahan bertemu jodoh yang baik untuk dirinya."

Selasa, 05 April 2016

Menghargai Jamuan Tuan Rumah

Hari ini aku baru sadar kenapa Mizu selalu bersegera menyantap jamuan yang disodorkan kepadanya ketika ia bertamu. Sekalipun saat itu ia sudah kenyang, ia tetap mengambil makanan/minuman itu sekalipun hanya sedikit untuk mencicipinya. Sedangkan aku? Sekalipun disajikan makanan, jika aku sudah kenyang atau sedang tidak berselera, biasanya sajian itu tidak akan ku sentuh. Kadang aku berfikir, sopankah apa yang ku lakukan ini? Mizu pun tidak pernah menegurku hingga hari ini aku yang bertanya kepadanya. “Apakah memakan hidangan yang disajikan ketika kita bertamu itu hukumnya wajib?”

Ia menjawab dengan sangat sederhana; “Ilmuku masih kurang. Aku tidak tahu persis apakah itu wajib atau tidak dalam agama. Tapi yang jelas, tuan rumah itu menyajikan makanan untuk memuliakan tamunya. Jadi, kalau kita menyantapnya, itu membuatnya lega sebab hajatnya telah sampai. Jika tidak, barangkali ia tidak akan marah, tapi boleh jadi ia kecewa. Ini hanya pendapatku saja. Maaf jika kurang tepat.”

Senin, 04 April 2016

Yang tidak menyayang, tidak akan disayang

Aku pernah bertanya kepada seorang sahabat; “Kenapa ya aku merasa nggak punya teman setia? Ketika aku butuh sesuatu, aku tak pernah yakin untuk meminta tolong kepada salah seorang yang ku kenali. Belum tentu mereka mau menyempatkan diri menolongku. Aku tidak sepertimu yang banyak teman. Semua orang terlihat begitu menyayangimu.”

Sahabatku itu hanya menjawab; “Barangsiapa yang tidak MENYAYANG, tidak akan DISAYANG.”

Minggu, 03 April 2016

Sosok Kharismatik dalam obrolan santai

Aku sedang mendengarkan kekaguman seseorang terhadap dosennya, pak Haris.
“Aku kagum dengan sosok pak Haris. Siapapun yang duduk semeja/seforum dengan beliau pasti akan merasa sangat dihargai dan diperhatikan. Dengan gaya kocaknya, beliau mampu menarik-ulur pembicaraan sehingga menjadi hangat dan renyah. Yang lebih mengagumkan adalah, pak Haris tidak pernah bermain HP di dalam forum, kecuali jika ada panggilan darurat. Orang yang diajaknya bicara pun sampai tak sempat memegang HPnya. Demikian juga, ia tidak membiarkan sedetik pun terlewatkan dengan obrolan yang masih bisa nanti saja dibicarakan. Aku selalu kagum dengan sosoknya yang kharismatik itu.”

Sabtu, 02 April 2016

Diam-diam menolong

Sebut saja namanya Tini. Kehadirannya bak malaikat bagi orang-orang disekitarnya. Adalah Suli yang selalu bercerita tentang perjuangannya melamar pekerjaan tapi tak ada satupun yang menerimanya. Padahal, sudah lebih dari 30 lamaran yang ia upayakan sejak ia wisuda. Setiap kali mendengarkan curhatan Suli, Tini merasa terpanggil jiwanya. Akhirnya, diam-diam ia mengkopi berkas lamaran kerja milik Suli dan mengajukannya ke beberapa tempat. Hingga akhirnya Suli bisa bekerja sesuai dengan passionnya dan sadarlah ia bahwa sahabatnya itu yang telah menolongnya.

“Makasih ya atas semuanya,’ kata Suli.
Tini menjawab; “Tak perlu berterimakasih. Aku hanya melakukan apa yang harus ku lakukan kok!.” Betapa rendah hatinya sosok Tini.

Jumat, 01 April 2016

Sekarung Beras Terbaik

Ini adalah cerita antara E dan K. E berkunjung ke kosan K untuk melepaskan rindu setelah 2 bulan tidak bertemu karena liburan semester. Di sela-sela cerita, K bercerita bahwa keadaan ekonomi keluarganya sedang sulit. Ia bahkan tak diberi uang jajan untuk bulan ini. Akhirnya E berinisiatif memberikan sekarung beras yang baru dibawanya dari kampung. Awalnya K menolak karena K khawatir E justru tidak memiliki beras lagi untuk dimasaknya. Tapi, apa yang dikatakan E? “Aku punya 2 karung beras dan yang 1 ini untukmu. Ambillah!” Akhirnya K menerimanya.

Padahal tahukah anda bagaimana keadaan sesungguhnya? Sekarung beras yang dimiliki oleh E itu adalah beras lama yang sudah banyak kutu berasnya. Tapi demi sahabatnya itu, ia rela memberikan yang terbaik dari yang dimilikinya saat itu. Sebab ia ingin mencintai sahabatnya itu seperti ia mencintai dirinya sendiri.