Selama ini aku tidak pernah tahu bahwa ia adalah orang yang hafal Al-Quran. Padahal, aku cukup dekat dengannya. Tidak tahu sama sekali, sebelum hari ini. Bermula ketika mulutku sedang berkomat-kamit, ia bertanya; "Sedang baca apa?" Aku menjawab; "Al-Matsurat Doa Pagi dan Petang." Ia lalu menyodorkan Al-Matsuratnya kepadaku dan mempersilahkanku membacanya. Awalnya aku menolak, karena aku merasa sudah hafal 100%. Tahukah kamu apa yang kemudian dikatakannya?
"Sampai detik ini, aku masih selalu membaca Al-Quran, sekalipun aku sudah hafal seluruhnya. Kamu mau tahu apa alasannya? Sebab, aku ingin mataku, lidahku dan telingaku mendapat pahala juga karena membaca Al-Quran, sekalipun aku sanggup menghafal tanpa membacanya."
Sungguh, ia amat tawadhu dan rendah hati. Lebih dari itu, aku yakin ia pun ingin menyembunyikan hafalannya. Sehingga setiap orang yang melihatnya membaca Al-Quran, tidak mengira sama sekali bahwa ia adalah seorang Penghafal. Subhanallah! Mampukah kita sedemikian rendah hati?
"Sampai detik ini, aku masih selalu membaca Al-Quran, sekalipun aku sudah hafal seluruhnya. Kamu mau tahu apa alasannya? Sebab, aku ingin mataku, lidahku dan telingaku mendapat pahala juga karena membaca Al-Quran, sekalipun aku sanggup menghafal tanpa membacanya."
Sungguh, ia amat tawadhu dan rendah hati. Lebih dari itu, aku yakin ia pun ingin menyembunyikan hafalannya. Sehingga setiap orang yang melihatnya membaca Al-Quran, tidak mengira sama sekali bahwa ia adalah seorang Penghafal. Subhanallah! Mampukah kita sedemikian rendah hati?